SEKSI BINA KESEHATAN HEWAN KABUPATEN SAROLANGUN


DENGAN MENINGKATKAN KESEHATAN HEWAN KITA WUJUDKAN " SAROLANGUN EMAS"

Friday, June 4, 2010

Berita Hari Ini 4 Juni 2010

INDEX:

1. Kompas.com: Leptospirosis Renggut Lima Nyawa
2. Antara: SEORANG MAHASISWA DI BALI MENINGGAL KARENA RABIES
3. Antara: SULUT ANTISIPASI WABAH BLUE EAR SERANG BABI

***

1. Kompas.com

June 2, 2010

Leptospirosis Renggut Lima Nyawa

Laporan wartawan KOMPAS Eny Prihtiyani

BANTUL, KOMPAS.com - Sebanyak 45 warga Bantul, DI Yogyakarta terkena leptospirosis. Lima orang diantaranya meninggal dunia. Namun, pemerintah daerah setempat belum menyatakannya sebagai kejadian luar biasa atau KLB. Padahal jumlah kasusnya melonjak pesat dibandingkan tahun lalu.

Berdasarkan data dinas kesehatan kabupaten Bantul, kasus leptospirosis tahun 2009 tercatat 9 kasus, satu orang diantaranya meninggal. Tahun ini penyakit yang ditularkan lewat air kencing tikus tersebut, banyak menyerang warga di Kecamatan Sedayu dan Sewon.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, dr Siti Noor Zaenab Syech Said, Rabu (2/6/2010) mengatakan sampai saat ini pihaknya belum menetapkan KLB. Meski ada peningkatan dua kali lipat lebih, tidak perlu ada penetapan KLB secara politis oleh bupati. "Yang terpenting adalah upaya pencegahan secara konkret," katanya.

Dia mengatakan, tingginya kasus leptospirosis di Bantul salah satunya karena posisi daerah tersebut sebagai daerah hilir. "Semua aliran sungai dari arah utara mengalir ke selatan dengan melintasi Bantul. Air menjadi media subur bagi penularan leptospirosis. Dengan mudah air kencing tikus dan ternak lainnya mengalir ke sungai," ujarnya.


2. Antara

June 3, 2010

SEORANG MAHASISWA DI BALI MENINGGAL KARENA RABIES

Denpasar, 3/6 (ANTARA) - Kadek Witarsa Rempi(21), seorang mahasiswa semester VI di Bali meninggal dunia di RSUP Sanglah, Denpasar yang diduga menjadi korban virus rabies akibat gigitan anjing.
Warga Banjar Dinas Tumbu Kelem, Kabupaten Karangasem, Bali, meninggal Kamis sekitar pukul 14.05 Wita. Korban dilarikan ke rumah sakit Sanglah Kamis pukul 00.45 Wita.
Menurut ayah korban, Komang Rempi, anaknya digigit anjing tiga bulan lalu. Mahasiswa Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Karangasem itu sempat diobati di puskesmas. Sehari sebelum meninggal, dia mengeluh sakit sesak nafas dan flu.
Korban kemudian dibawa ke RSUD Karangasem, dan dikatakan jika korban terduga rabies. Disarankan agar korban dibawa ke RSUP Sanglah karena vaksin antirabies di RSUD Karangasem telah habis.
Ketika di rumah sakit, keluarga korban terlihat emosi dan menyalahkan pihak rumah sakit. Komang Rempi menyesalkan lambatnya penanganan pihak rumah sakit sehingga korban tewas.
Bahkan salah seorang kerabat korban sampai melempar tas bawaannya ke arah kamerawan sebuah TV yang terus menyorotnya. (T.M026/B/Z002/Z002) 03-06-2010 19:52:35 NNNN






3. Antara

June 3, 2010

SULUT ANTISIPASI WABAH BLUE EAR SERANG BABI

Manado, 3/6(ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mengantisipasi penyebaran wabah "blue ear" menyerang ternak babi dengan mengoptimalkan tim penanggulangan penyakit hewan.
"Tim penanggulangan penyakit hewan akan melakukan pengawasan terhadap ternak babi yang ada di Sulut, meskipun kasus ini baru ditemukan di Vietnam," kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Sulut, Herry Rotinsulu, di Manado, Kamis.
Wabah Blue Ear atau yang dikenal dengan nama Porcine Reproductive & Respiratory Syndrome (PPRS) mewabah di 16 provinsi di Vietnam yang menyebabkan ratusan ternak babi mati.
Herry mengatakan, antisipasi dini perlu dilakukan mengingat Vietnam cukup dekat dengan Indonesia, dan sama dengan negara tersebut, Sulut merupakan salah satu daerah ternak babi terbesar di Indonesia.
Herry mengatakan, langkah paling awal harus dilakukan peternak babi yakni menjaga kesehatan ternak serta menjaga sanitasi kandang dan lingkungan peternakan.
Meskipun belum ada kasus ditemukan di Indonesia, tetapi perlu pengetatan badan karantina pertanian mencegah jangan sampai wabah tersebut masuk Indonesia.
"Balai karantina hewan baik yang ada di bandara maupun pelabuhan laut perlu melakukan pengawasan lebih ketat terhadap hewan ternak babi," kata Rotinsulu.
Warga Sulut, kata Herry, jangan cemas, karena penyakit ini belum diketahui apakah menular ke manusia seperti halnya Flu Burung dan Flu Babi.
Wabah Blue Ear menyerang beberapa provinsi yang berada di Vietnam yakni, provinsi Hai Duong, Thai Binh, Thai Nguyen, Hung Yen, Bac Ninh, Hai Phong, Hanoi, Nam Dinh, Ha Nam, Lang Son, Nghe An, Quang Ninh, Bac Giang, Hoa Binh, Cao Bang dan yang terbaru provinsi Son La.
Waktu penyebaran dari virus ini sangat cepat sekitar 4-5 bulan dan sedikitnya terdapat 90 persen ternak yang telah menjadi positif.
Virus PRRS ini bisa menginfeksi semua jenis ternak termasuk yang memiliki status kesehatan tinggi atau biasa saja dan menyerang ternak yang berada di dalam atau luar kandang. (T.G004/B/M012/M012) 03-06-2010 19:59:08 NNNN



** 3 articles

Thursday, June 3, 2010

Berita Hari ini (june 2, 2010)

INDEX:

1. Seputar Indonesia: Ratusan Ternak Terserang Penyakit
2. Antara: BALI VAKSINASI 296.723 EKOR ANJING PELIHARAAN

***

1. Seputar Indonesia
June 3, 2010
Ratusan Ternak Terserang Penyakit

SLAWI (SI) – Ratusan ternak sapi dan kambing di Kabupaten Tegal
terserang penyakit cacing dan kudis. Penyakit ini sudah menyerang
ternak sejak sebulan terakhir akibat pengaruh cuaca yang tak menentu.
Kasi Kesehatan Hewan Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (DKPP)
Kabupaten Tegal Abdi Manaf mengatakan ternak sapi dan kambing yang
terserang penyakit cacing dan kudis adalah milik peternak yang
tersebar di 18 kecamatan di Kabupaten Tegal.Penyakit ini biasanya
menyerang pada pergantian musim hujan ke musim kemarau.
“Kalau musim hujan telur cacing yang berada di tanah naik ke rumput
dan daun yang kemudian dimakan sapi atau kambing.Telur cacing ini
kemudian menetas di perut. Tapi kalau cacingnya yang dimakan tidak
masalah,” katanya di sela-sela pemeriksaan ternak sapi di Desa
Kalisalak,Kecamatan Margasari, kemarin. Abdi Manaf menuturkan,
penyakit cacing yang menyerang ternak sapi didorong buruknya sanitasi
kandang dan tingginya curah hujan.“
Penyakit cacing pada ternak ini sangat merugikan peternak karena
pertumbuhan sapi terhambat dan bisa menyebabkan kematian,” katanya
mengingatkan. Pemeriksaan dan pengobatan ternak sapi dan kambing
tersebut merupakan kegiatan rutin tahunan pada setiap pergantian
musim. Pemeriksaan sudah dilakukan sejak 4 Mei di 12 kecamatan, dari
18 kecamatan di Kabupaten Tegal.
Hasilnya, diketahui 100 ternak kambing terserang penyakit scabies atau
kudis, 50 ekor kambing dan sapi terkena diare, serta 500 ekor sapi dan
kambing terkena penyakit cacing. Indikasi penyakit cacing ini terlihat
dari beberapa ciri, misalnya bulu sapi berdiri, kulit kusam, dan dubur
kotor. Sapi-sapi Itu kemudian diberi suntikan obat cacing,vitamin
untuk meningkatkan stamina, dan diberi obat kulit invermetin.
“Untuk kondisi ternak sapi di Desa Kalisalak,sebagian juga kena
penyakit cacing.Total ternak sapi yang didaftarkan untuk diperiksa ada
350 ekor,”ungkapnya. Target pemeriksaan dan pengobatan ternak sapi dan
kambing ini sebanyak 3.000 ekor dari total populasi sapi sebanyak
6.000 ekor.Populasi kambing jumlahnya mencapai 200.000 ekor.
Selain mengobati ternak terkena penyakit,pemeriksaan kesehatan ternak
sapi dan kambing juga untuk mencegah penyakit menular, seperti
penyakit ngorok atau safetycaemia epizootica dan antraks.“Dua penyakit
menular pada ternak ini biasanya terjadi saat pergantian musim.
Ini yang jadi kewaspadaan kita,”ujarnya. Ketua Kelompok Ternak Warti
Makmur Mukti, 46, mengatakan, memasuki pergantian musim ini banyak
ternak sapi di desanya yang terserang penyakit cacing dan diare.
“Musim hujan ini kan banyak nyamuk pembawa penyakit.Tapi kalau musim
kemarau, ternak sapi justru pada sehat meski pakannya
kurang,”ungkapnya. (kastolani)


2. Antara
June 2, 2010
BALI VAKSINASI 296.723 EKOR ANJING PELIHARAAN

Denpasar, 2/6 (ANTARA) - Dinas Peternakan Provinsi Bali melakukan
vaksinasi rabies terhadap 296.723 ekor anjing peliharaan di delapan
kabupaten dan satu kota di provinsi tersebut hingga akhir Mei 2010.
"Cakupan vaksinasi tersebut mencapai 66,26 persen dari perkiraan
populasi anjing sebanyak 447.966 ekor," kata Kabag Publikasi dan
Dokumentasi Biro Humas dan Protokol Pemprov Bali I Ketut Teneng di
Denpasar Rabu.
Mengutif laporan Kepala Dinas Peternakan Provinsi Bali Ir I Putu
Sumantra kepada Gubernur Bali Made Mangku Pastika, ia mengatakan,
pemberian vaksinasi rabies dalam seminggu terakhir tercatat 2.600
ekor.
Vaksinasi tersebut sebagian besar terhadap anjing baru, dan sebagian
lainnya berupa pemberian vaksinasi ulangan. Pemberian vaksin
antirabies (VAR) pada anjing piaraan itu terus dilakukan dengan
harapan mampu menjangkau seluruh anjing piaraan.
Ketut Teneng menjelaskan, upaya pemberian vaksin tersebut juga
diimbangi dengan melakukan eliminasi terhadap anjing-anjing liar.
Eliminasi telah dilakukan terhadap 84.199 ekor anjing atau 18,80
persen dari jumlah estimasi populasi anjing.
Tindakan eliminasi terhadap anjing liar itu dilakukan oleh petugas
Dinas Peternakan kabupaten/kota se-Bali bekerja sama dengan desa adat
setempat.
Kegiatan eliminasi itu dilakukan secara berkesinambungan dengan
harapan tidak ada lagi anjing yang berkeliaran sesuai peraturan daerah
(Perda) Nomor 15 tahun 2009 tentang Penanggulangan Rabies.
Berbagai upaya tersebut diharapkan mampu menanggulangi penyakit rabies
secara tuntas di Bali pada 2012.
Upaya merpercepat pengendalian dan pemberantasan penyakit rabies lebih
menekankan pada peningkatan vaksinasi dan eliminasi hewan penular
rabies (HPR) di seluruh kabupaten/kota, ujar Ketut Teneng.
(T.I006/B/D009/D009) 02-06-2010 13:36:38 NNNN



** 2 articles

Kumpulan berita 2 Juni 2010

INDEX:

1. Jurnal Nasional: Perda Flu Burung Masuk Daftar Revisi
2. Harian Pelita: Mencegah Rabies Ribuan Hewan di Jaktim Divaksin
3. Harian Pelita: Disnak Lebak Musnahkan 381 Anjing

***



1. Jurnal Nasional

June 2, 2010

Perda Flu Burung Masuk Daftar Revisi

KEBERADAAN Peraturan Daerah (Perda) tentang Pengendalian Flu Burung di DKI Jakarta terus dipolemikkan. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta Abdul Aziz, SE memastikan, Perda tersebut masuk dalam daftar Perda yang akan direvisi tahun ini. Nama resminya Perda Penanggulangan Peredaran Unggas. Tahun 2007 silam, perda itu ditetapkan. Namun pemberlakuannya ditunda.

"Berdasarkan kajian kami di Baleg (Badan Legislasi) atas perda tersebut, ada yang perlu diperbaiki. Perda itu masuk daftar yang akan direvisi tahun ini. Masuk Prolegda (Program Legsilasi Daerah) Tahun 2010 untuk direvisi," kata Aziz yang juga anggota Baleg DPRD DKI Jakarta ini kepada Jurnal Nasional di Jakarta, Selasa (1/6).

Saat menerima audiensi Himpunan Pedagang Unggas Jakarta di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senin (31/5), anggota Komisi IV DPR Djoko Udjianto mendesak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencabut Perda Nomor 4 Tahun 2007 itu. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ketua Himpunan Pedagang Unggas Jakarta, Siti Mariam. Salah satu alasan, Perda yang belum sempat diberlakukan itu sudah tak relevan lagi. Sebab, saat ini flu burung sudah dapat dikendalikan.

Perda Nomor 4/2007 tersebut sudah masuk Prolegda untuk direvisi. Artinya, bisa saja diubah atau dicabut. "Kalau memang perlu dicabut, hasil kajiannya akan kami lihat dulu. Mencabut sebuah perda tidak bisa begitu saja. Ada tata aturannya," katanya.

Dikatakan, sebagaimana perda-perda lain, Perda Flu Burung juga dibuat oleh DPRD bersama Pemerintah Provinsi. Aziz menyatakan belum bisa menanggapi tudingan sebagian kalangan yang menyatakan ada kepentingan di balik terbitnya perda itu. Yaitu, kepentingan pengusaha besar dan pengusaha asing yang ingin memonopoli suplai ayam potong ke Jakarta.

"Kami tak tahu seperti apa latar belakang penerbitan Perda Flu Burung waktu itu. Tapi (tudingan) itu kan baru dugaan. Nanti kita lihat saja waktu pembahasan ulangnya. Kalau perlu diperbaiki, akan kami perbaiki. Kalau memang perlu dicabut, akan kami cabut," kata Aziz. n Abdul Razak



2. Harian Pelita

June 1, 2010

Mencegah Rabies Ribuan Hewan di Jaktim Divaksin
Pihak Pemkodya Jakarta Timur terus melakukan penyutikan vaksin terhadap hewan penular rabies (HPR) sebagai upaya pencegahan penularan penyakit itu. Untuk 2009, ditargetkan sebanyak 3.850 HPR akan divaksin.
Dari jumlah yang ditargetkan, sampai 9 Juli 2009, sebanyak 1.637 HPR sudah divaksin. Data yang diperoleh menyebutkan untuk kawasan Kecamatan Matraman 53 HPR sudah divaksin dari target 200 HPR, Kecamatan Jatinegara sebanyak 62 HPR dari target 300 HPR, Kecamatan Pulogadung sejumlah 222 HPR dari target 750 HPR, Kecamatan Kramatjati berjumlah 96 HPR dari target 300 HPR, Kecamatan Cakung 123 HPR dari target 300 HPR.
Sedang Kecamatan Pasarrebo 155 HPR dari target sebanyak 250 HPR, Kecamatan Durensawit 397 HPR dari target 900 HPR, Kecamatan Makasar 170 HPR dari target 200 HPR, Kecamatan Ciracas 161 HPR dari target 450 HPR dan Kecamatan Cipayung 198 HPR dari jumlah yang ditargetkan 200 HPR.
Informasi lain menyebutkan, HPR yang sudah divaksin terdiri dari anjing sebanyak 1.399 ekor, kucing berjumlah 211 ekor dan kera sebanyak 27 ekor. Target vaksinasi HPR kami berikan sesuai dengan hasil pantauan petugas di lapangan maupun laporan dari pihak kecamatan, kata Kepala Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Jakarta Timur Adnan Ahmad, kemarin.
Dari jumlah itu, sudah berjalan lebih dari 50 persen yang dilakukan diempat kecamatan masing-masing Pasarrebo, Durensawit, Makasar dan Cipayung. Kita tetap optimis pelaksanaannya bisa mencapai target, ujar Adnan.
Sejauh ini kegiatan pemberian vaksin kepada HPR di masyarakat tidak menemui kendala. Sebab, vaksin ini diberikan secara gratis sehingga masyarakat cukup antusias saat petugas datang untuk melakukan vaksin. Sampai saat ini vaksin terus dilakukan disetiap wilayah, ujarnya.
Menurut Adnan bahwa HPR yang banyak ditemui di masyarakat adalah jenis anjing. Alasannya binatang yang satu itu banyak dimanfaatkan warga sebagai penjaga rumah.
Berdasarkan data, HPR jenis anjing banyak ditemukan di wilayah Kecamatan Durensawit. Di sana sebanyak 350 anjing sudah divaksin. Jumlah itu paling banyak dibanding wilayah lain, ungkap Adnan.
Sementara itu Kasi Peternakan Sudin Peternakan dan Perikanan Jakarta Timur, Sri Astuti menyebutkan, semua hewan berdarah panas dapat menularkan penyakit rabies. Penyakit tersebut dapat menular ke manusia melalui gigitan. Karena itu, petugas memfokuskan untuk memberikan vaksin kepada HPR jenis anjing, karena hewan jenis itu paling sering menggigit manusia.
Untuk mencegah timbulnya penyakit rabies salah satunya dengan cara memberikan vaksin kepada HPR peliharaan khususnya yang berada di perumahan. Sedangkan untuk HPR yang hidup secara liar di lingkungan warga ditangkap dan disuntikkan vaksin.(cr-7)


3. Harian Pelita

June 1, 2010

Disnak Lebak Musnahkan 381 Anjing
Dinas Peternakan (Disnak) Kabupaten Lebak, Banten, memusnahkan sebanyak 381 ekor anjing karena berpotensi menularkan penyakit rabies.
Tindakan pemusnahan anjing ini salah satu upaya pencegahan penularan virus rabies, kata Kepala Dinas Peternakan, Kabupaten Lebak, Imam Santoso, Kamis.
Imam mengatakan sebagian besar anjing yang dimusnahkan itu tersebar di Kecamatan Cihara, Panggarangan, Bayah, Cibeber dan Cilograng.
Saat ini, populasi anjing liar banyak berkeliaran di perkampungan warga, sehingga berbahaya jika menggigit manusia dapat menularkan penyakit rabies.
Selain itu, pemusnahan anjing liar dengan cara diracuni itu untuk memberantas penularan rabies.
Selama ini, wialyah Kanbupaten lebak amsuk aktegri rawan rabies.
Saya berharap tahun 2010 nanti Lebak bebas dari rabeis, katanya.
Menurut dia, saat ini jumlah populasi anjing di Kabupaten Lebak mencapai 10.000 ekor terdiri dari anjing liar, semi liar dan anjing peliharaan.
Ketiga anjing tersebut, bisa menimbulkan gigitan terhadap manusia dan sangat berpotensi menularkan penyakit rabies.
Kasus terakhir gigitan anjing liar, kata dia, menimpa warga Kecamatan Malingping dan Cihara.
Bahkan, pihaknya juga telah mengambil sampel otak anjing itu untuk dibawa ke laboratorium Balai Besar Veteriner Wates-Jogyakarta.
Pengiriman sampel otak anjing liar ini selanjutnya akan diteliti untuk memastikan apakah anjing liar tersebut berpenyakit rabies atau tidak, jelasnya
Dia menjelaskan, selama Januari-September 2009 warga yang menjadi korban gigitan anjing liar sebanyak 41 orang.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Wanasalam, H Ade mengatakan, pihaknya mengimbau masyarakat jika terkena gigitah anjing liar segera dilarikan ke puskesmas.
Tiga bulan lalu sebanyak enam warga korban gigitan anjing nyawa bisa diselamatkan setelah mendapat obat anti rabies, ujar Ade. n



** 3. articles