SEKSI BINA KESEHATAN HEWAN KABUPATEN SAROLANGUN


DENGAN MENINGKATKAN KESEHATAN HEWAN KITA WUJUDKAN " SAROLANGUN EMAS"

Tuesday, June 14, 2011

berita 13 Juni 2011

INDEX:



1. Kompas: 70 Persen Daerah Kantong DBD

2. Kompas: Ribuan Ayam Diserang Tetelo

3. Seputar Indonesia: RPH Harus Diawasi Ketat

4. Media Indonesia: Indonesia Rawan Wabah Demam Berdarah

5. Kompas.Com: Kasus DBD, Jakarta Nomor Dua

6. Serambi: Puluhan Ekor Ayam Terjangkit Flu Burung

7. Serambi: Distannakkan Aceh Tengah Musnahkan Anjing Liar

8. Antara: Puluhan Ayam Di Kabupaten Maros Mati Mendadak

9. Antara: Rumah Sakit Murjani Sampit Siaga Flu Burung

10. Antara :Puluhan Ayam Terjangkit Flu Burung Dimusnahkan

11. Antara: Dua Warga Sumbar Meninggal Dunia Akibat Rabies

12. Media Indonesia: Sleman Waspada Malaria

13. Koran Tempo: Jumlah Korban Meninggal Meningkat

14. Suara Merdeka; Lagi, Malaria Serang Warga Menoreh

15. Suara Merdeka: Kuburan Ternak Diplester

16. Antara: Ayam Mati Di Kotawaringin Positif Flu Burung

17. Antara: Sensus Hewan Di Kolaka Mencapai 80 Persen

18. Antara: Dinkes Sleman Anggarkan Rp1 Miliar Antisipasi Malaria

***





1. Kompas - June 13, 2011


70 Persen Daerah Kantong DBD


Jakarta, Kompas - Sekitar 70 persen kabupaten dan kota di Indonesia merupakan daerah endemik demam berdarah dengue. Provinsi Jakarta dan Bali menjadi penyumbang terbesar kasus DBD.


Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Kementerian Kesehatan Rita Kusriastuti mengungkapkan, demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah besar kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit tersebut belum ada obat dan vaksinnya.



”Vaksin masih dalam tahap uji coba. Hasilnya diperkirakan baru akan terlihat dua hingga empat tahun lagi,” kata Rita dalam acara kampanye ”Ayo Stop DBD” di Lapangan Monas, Minggu (12/6).


Kasus DBD mencapai sekitar 140.000 kasus di Indonesia pada tahun 2010. Hingga Mei 2011 tercatat ada sekitar 30.000 kasus DBD. Indonesia merupakan penyumbang sekitar 15 persen kasus DBD dunia.


”Kasus DBD terus meningkat. Pada awal kemunculan DBD tahun 1968, hanya ada sekitar 50 kasus. Tahun 1988, jumlah kasus mencapai puluhan ribu dan sejak tahun 2000 jumlah kasus mulai di atas 100.000 kasus,” katanya.


Bali dan Jakarta

Sekitar 80 persen penduduk Indonesia berada di daerah yang berisiko tertular DBD, seperti DKI Jakarta.


Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Tata Ruang Ahmad Haryadi mengatakan, berdasarkan incidence rate secara nasional, Provinsi DKI Jakarta berada di peringkat kedua setelah Provinsi Bali. Incidence rate DBD di DKI Jakarta sebesar 202,4 per 100.000 penduduk atau jauh dari target, yakni kurang dari 150 per 100.000 penduduk. Namun dilihat dari jumlah kasus, DKI Jakarta lebih tinggi. Pada tahun 2010, jumlah kasus di DKI Jakarta mencapai 18.006 dan kasus ditemukan hampir di seluruh wilayah.


”Karena DBD di sebabkan oleh nyamuk, pemberantasan DBD mau tidak mau bertumpu pada peran serta masyarakat. Semakin tidak menentunya keadaan cuaca mempersulit prediksi lonjakan kasus. Salah satu upaya terpenting ialah pencegahan,” kata Ahmad.


Basmi jentik

Rita mengatakan, penanganan DBD difokuskan pada upaya promotif dan preventif. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan penanganan mulai dari jentik, bukan dari nyamuk. Untuk itu, peran juru pemantau jentik (jumantik) menjadi sangat penting.


Ahmad mengatakan, adanya jumantik dan peran keluarga diharapkan kasus DBD di DKI Jakarta menurun. Saat ini terdapat 31.400 jumantik di DKI Jakarta. (INE)




2 Kompas - June 13, 2011


Ribuan Ayam Diserang Tetelo


MADIUN — Ribuan ayam di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, diserang new castle disease atau yang dikenal juga dengan sebutan penyakit tetelo. Akibatnya, ratusan ayam mati dan ribuan ayam lain lemas. Kalangan peternak mengaku merugi hingga miliaran rupiah.


Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Madiun menyebutkan total ayam mati yang dilaporkan mencapai 500 ekor. Itu belum termasuk kasus ayam mati 200 ekor baru-baru ini di Desa Mojorayung. Jumlah ayam yang sakit mencapai ribuan ekor dari 1,8 juta ekor populasi ayam jawa, 170.000 ekor ayam petelur, dan 400.000 ekor ayam potong. ”Badan ayam saya langsung membiru dan mengeluarkan liur.


Gejalanya mirip sekali dengan flu burung sehingga saya langsung lapor ke dinas,” kata Sarno, peternak di Desa Mojorayung, Kecamatan Wungu, Minggu (12/6). (NIK)




3. Seputar Indonesia - June 13, 2011


RPH Harus Diawasi Ketat


BANDUNG – Proses pemotongan sapi di rumah pemotongan hewan (RPH) harus diawasi ketat. Tujuannya agar penyembelihan sapi sesuai dengan kaidah kesehatan.

Langkah ini dinilai perlu diambil menyusul munculnya polemik tentang kekejaman terhadap sapi ternak di RPH di Indonesia yang ditayangkan Stasiun Televisi ABC. Hal itu pula yang memincu Australia menghentikan ekspor ke Indonesia. Diketahui, berbagai kalangan di negara kangguru itu menegaskan semestinya sapi dipingsankan atau stunning sebelum dipotong.

Menurut Wakil Direktur Bidang Teknis Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obaran dan Kosmetikan (LPPOM) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jabar, Ferika Aryani, akhir pekan lalu, pemotongan sapi dengan teknik stunning,perlu standar ketat pada proses pelaksanaannya. Seperti teknik pemingsanan melalui metode dipukul atau bius. “Teknik pemingsanan boleh dilakukan selama memenuhi standar.

Karena, sedikit saja melakukan kesalahan fatal, akan berakibat sapi tidak boleh di konsumsi. Misalnya, pemingsanan dengan dipukul. Ternyata, teknik tersebut terlalu keras dan mengakibatkan sapi mati sebelum di potong. Begitupun menggunakan obat bius. Kadarnya harus sesuai ukuran tertentu,”kata Ferika.

Dia menegaskan, pemotongan sapi melalui embelih dianggap MUI lebih afdol dan diterima masyarakat ketimbang dipingsankan. Meskipun,MUI mengkritisi cara sejumlah RPH pada pra pemotongan. Perlakukan kasar dan tidak manusiawi pada sapi tidak boleh dilakukan RPH.Bahkan,sejumlah RPH yang telah mendapat label halal MUI selalu ditekankan untuk memberlakukan sapi sebaik mungkin sebelum di potong.

“Saya kira, teknik penyembelihan sapi pada sebagian besar RPH dengan teknik konvensional tidak ada masalah. Tinggal bagaimana mereka memperlakukan sapi sebaik mungkin sebelum sapi tersebut di sembelih,”tegasnya. Apabuila Indonesia menerapkan sistem pemotongan sapi dengan teknik stunning, perlu ada regulasi dan pengawasan ketat terhadap RPH. Jangan sampai konsumen dirugika, akibat kesalahan teknik itu.

Terlebih jika pemingsanan mengakibatkan sapi mati sebelum di sembelih. Soal teknik sembelih atau pemingsanan, sebuah situs Talazoft.blog.usu.ac.id mempublikasikan sebuah hasil penelitian yang dilakukan dua staf ahli peternakan dari Hannover University, Jerman
Prof.Dr.Schultz dan Dr.Hazim. Penelitian tersebut mengungkap cara ang lebih baik dan paling tidak sakit, penyembelihan tanpa stunning atau penyembelihan melalui stunning.

Penelitian dengan menggunakan teknologi canggih terhadap sejumlah sapi menghasilkan kesimpulan sapi yang di sembelih dengan cara stunning ternyata lebih sakit ketimbang disembelih konvensional. Dengan stunning,ada reaksi berlebihan pascapenyembelihan. Sedangkan sembelih konvensional,tidak ditemukan reaksi sakit atau No feeling of pain at all (tidak ada rasa sakit sama sekali).
Bahkan ditemukan adanya tidur berlahan Gerak aktif pada sapi yang dipotong konvensional dianggap sebagai reaksi pompa darah dari jantung melalui saluran yang terpotong. Hasilnya,daging dari hasil sembelih sesuai dengan prinsip Good Manufacturing Practise (GMP)yang menghasilkan Healthy Food. Kabid Keswan dan Kesmavet Dinas Peternakan Provinsi Jabar t Tine mengatakan, di Jabar terdapat sekitar 24 RPH milik pemerintah dan 5 RPH milik swasta.

Dari jumlah tesebut, sebagian RPH masih menggukan teknik sembelih tanpa stunning. Sedangkan sebagian lagi menggunakan teknik itu. “Ada beberapa RPH swasta yang menggunakan teknik pemingsanan lalu di sembelih. Tapi itupun dibawah pengawasan ketat MUI.Karena akan sangat rentan terhadap diterima atau tidaknya daging untuk di konsumsi masyarakat,” kata Tine.

Sebagaimana diketahui,pada tahun 2010 kebutuhan daging sapi masyarakat Jabar mencapai 120.553 ton atau mencapai 750.640 ekor sapi. Namun daging sapi yang terpenuhi baru mencapao 82.208 ton atau sekitar 473.643 ekor sapi per tahun. Selama tahun 2010, Jawa Barat mengandalkan sapi impor dari Australia sebanyak 128.224 ekor sapi atau menguasai 38,14% dari arif budianto _jumlah sapi yang dipotong.




4. Media Indonesia - June 13, 2011


Indonesia Rawan Wabah Demam Berdarah


JAKARTA--MICOM: Indonesia termasuk dalam negara-negara yang beresiko tinggi terhadap terjadinya wabah penyakit demam berdarah dengue (DBD). Setiap tahun rata-rata terdapat 160 ribu kasus baru DBD di Tanah Air. Jumlah tersebut merupakan 20% dari total kejadian DBD baru di dunia.

"DBD masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan berpengaruh pada tingginya tingkat kesakitan dan kematian. Sampai saat ini belum ditemukan vaksin atau obat anti-DBD,” ujar Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Kemenkes, Rita Kusriastuti, dalam sambutnya pada acara Peringatan Hari DBD International, yang mengambil tema, Kampanye Ayo Stop DBD di Jakarta, Minggu (12/6).

Survei yang dilakukan Kemenkes pada 2010 menunjukan, sebagian besar (70%) kabupaten/kota di Indonesia merupakan daerah endemis DBD, dengan 80% penduduk Indonesia tinggal di wilayah endemis tersebut. Dari situ bisa disimpulkan bahwa sebagian besar rakyat Indonesia sejatinya mudah terancam terkena demam berdarah.

Lebih jauh dijelaskan, berdasarkan rata-rata terjadinya insiden (incidence rate-IR) kejadian DBD secara nasional, yang terbanyak terjadi di Bali, disusul kemudian oleh DKI Jakarta.
Rita menjelaskan, hampir di seluruh wilayah DKI sudah endemis DBD. Fakta ini tentunya wajib menjadi perhatian bersama, mengingat bahwa Jakarta merupakan ibu kota negara yang merupakan pintu gerbang negara Indonesia yang menentukan keluar dan masuknya penyakit DBD. (Tlc/OL-2)




5. Kompas.Com - June 12, 2011


Kasus DBD, Jakarta Nomor Dua


JAKARTA, KOMPAS.com – Provinsi DKI Jakarta ternyata menjadi penyumbang kedua terbesar kasus demam berdarah dengue secara nasional. Berdasarkan angka kejadian, Jakarta berada di bawah Provinsi Bali yang berada di urutan pertama. Data ini disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dien Herawati kepada wartawan di Parkir Timur Monumen Nasional, Minggu (12/6/2011) pagi.


"Jakarta menjadi penyumbang kedua terbesar kasus DBD. Sementara Indonesia sendiri berada di urutan pertama secara internasional," ungkap Dien.

Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2010 menunjukkan, jumlah kasus DBD di DKI sebesar 18.006 kasus, dengan tingkat kejadian rata-rata (incidence rate/IR) sebesar 202,4 per 100.000 penduduk. Angka tersebut jauh di atas target nasional, yaitu 150 per 100.000 penduduk.


Menyadari tingginya ancaman jenis penyakit ini, Dien menilai sudah sepatutnya pemerintah

bekerja sama dengan seluruh elemen masyarakat menggalakkan kampanye DBD. "DBD merupakan ancaman karena risiko kematiannya cukup tinggi. Karena itu, kita mengajak masyarakat untuk melakukan kampanye sadar dan peduli DBD," tutur Dien.


Upaya awal Pemprov DKI dimulai dengan melakukan kegiatan kampanye yang melibatkan warga DKI dari berbagai wilayah. Kampanye yang bertepatan dengan peringatan Hari DBD Internasional ini dilangsungkan di Parkir Timur Monas. Acara ini juga dihadiri oleh Gubernur DKI Fauzi Bowo, pejabat Kementerian Kesehatan, beserta sejumlah jajaran pimpinan provinsi DKI.


Kegiatan diawali dengan aerobik bersama yang melibatkan para juru pemantau jentik (jumantik) dan perwakilan warga se-DKI Jakarta. Kemudian, acara yang dipandu oleh Krishna Mukti tersebut dilanjutkan dengan acara kampanye yang diawali dengan sambutan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dien Herawati.



6. Serambi - June 12, 2011


Puluhan Ekor Ayam Terjangkit Flu Burung


Puluhan ekor ayam milik seorang warga di Gampong Mulia, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh, dilaporkan positif terjangkit flu burung. Sementara ratusan ekor burung puyuh yang diternak seorang warga Hagu Teungoh, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe, dilaporkan mati mendadak.Penyakit flu burung (avian ifluenza) yang disebabkan virus subtype H5N1 yang dua tahun lalu sempat menghebohkan, diketahui setelah dokter hewan dari Dinas Pertanian Peternakan Perikanan dan Kelautan Banda Aceh melakukan tes cepat (Rapid Test), Jumat (10/6) sore pada enam ekor ayam milik Dwi (48), warga Gampong Mulia, yang mati mendadak

“Setelah hasil tes positif flu burung. Esok harinya, Sabtu (11/6) kami mendatangi rumah warga tersebut dan kembali menemukan delapan ekor ayamnya mati. Kami pun melakukan pemusnahan (depopulasi) dengan cara terlebih dulu memotong 30 ekor ayam yang masih hidup dan kemudian membakarnya dalam satu lubang,” kata Staf Peternakan dan anggota artisipasory Deseas Suvelance of Respons (PDSR), drh Roni Hidayat.

Setelah memotong, membakar dan menguburkan 30 ekor ayam bersama tempat makan, kotoran, dan sisa makanan, petugas juga melakukan penyemprotan disinfektan pada kadang ayam. Hal ini dilakukan untuk mensterilkan agar flu burung tidak menyebar di lingkungan sekitarnya. “Kita meminta kepada masyarakat agar segera melaporkan jika menemukan ayam, burung, atau itiknya yang mati secara mendadak,” ujarnya.

Drh Roni mengatakan, dalam 2011 ini sudah ditemukan dua kasus flu burung di Kota Banda Aceh. Satu di Lhong Raya dan satu lagi di Gampong Mulia. Dinasnya sendiri sebelumnya sudah melakukan penyemprotan pada kandang-kandang ayam, itik, dan burung milik warga di Kota Banda Aceh untuk mengantisipasi flu burung mewabah.
“Kita mempunyai program pemberantasan flu burung di Kota Banda Aceh. Salah satunya melakukan penyemprotan. Kita juga memberi dana kompensasi (ganti rugi) kepada warga.

Seperti hari ini warga yang ayamnya tadi kita musnahkan sekitar 30 ekor, per ekornya mendapat ganti rugi sebesar Rp 15.000,” ucap drh Roni.

Sementara itu, pemilik ayam, Dwi menuturkan kepada Serambi, Rabu (8/6) pagi, dia menemukan ayam siam yang dipeliharanya satu ekor mati mendadak. Kemudian esok harinya, Kamis (9/6), enam ekor ayamnya kembali mati, begitu juga pada Jumat (10/6). Akhirnya karena cemas Dwi pun melaporkan hal itu kepada petugas peternakan setempat.


Mati mendadak

Sebanyak 700 ekor induk puyuh mati mendadak di Desa Hagu Tengeuh, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe. Ratusan ekor puyuh itu diduga terkena penyakit taeun (tetelo).


Pemilik peternakan puyuh tersebut, Juwaidi Ilyas, kepada Serambi, Sabtu (11/6) menyebutkan, awalnya hanya satu dan dua ekor puyuh yang mati. Kemudian, setiap hari ada puyuh yang mati. Terakhir, Jumat (10/6) puyuh sudah mati semua.


“Saya juga sudah laporkan persoalan itu ke Dinas Peternakan Lhokseumawe. Mereka langsung turun ke lokasi dan memusnahkan puyuh yang mati dengan cara dibakar, serta kandangnya diseprot agar tak menular ke ayam atau puyuh warga lainnya,” sebut Juwaidi.Ditambahkan, penyemprotan kandang telah dilakukan oleh drh Nurwahidi, dari Dinas Peternakan Lhokseumawe.


“Semoga, dengan telah diseterilkannya kandang, penyakit tetelo itu bisa hilang, dan kami bisa memulai usaha kami kembali,” ujar Juwaidi Ilyas.Juwaidi menyebutkan, akibat kejadian itu, dirinya tidak bisa memenuhi pasokan bibit puyuh untuk Sukabumi, Jawa Barat. “Puyuh itu bibit unggul. Kami memasok bibit puyuh untuk Sukabumi, Jawa Barat. Karena kejadian ini, kami rugi puluhan juta,” pungkas Juwaidi. (c47/c46/c37)




7. Serambi - June 12, 201


Distannakkan Aceh Tengah Musnahkan Anjing Liar


TAKENGON - Guna memutuskan mata rantai penyebaran penyakit rabies di Aceh Tengah, Dinas Peternakan dan Perikanan (Distannakkan) akan memusnahkan (eliminasi) anjing-anjing liar. Pemusnahan itu akan dilakukan pada malam hari, dengan mendatangi kawasan-kawasan penyebaran anjing liar di Kota Takengon dan kecamatan lain yang terindikasi adanya kasus gigitan anjing liar. Pemusnahan anjing liar itu dilakukan secara musiman, bila ditemukan peningkatan kasus gigitan anjing di tengah-tengah masyarakat.

Kepala Distannakkan Aceh Tengah, Ir Absardi MM, Sabtu (11/6) mengatakan, petugas akan melakukan eliminasi anjing-anjing liar yang berkeliaran di Kota Takengon dan kawasan-kawasan sering ditemukan anjing liar. Petugas akan memantau anjing-anjing liar pada malam hari diantaranya di kawasan Pasar Ikan Kampung Baru, Pasar Inpres, Lapangan Musara Alun dan Jalan Sengeda untuk mencari anjing-anjing liar yang berkeliaran di kawasan tersebut.

Bila ditemukan anjing liar, katanya, akan diberikan racun. Sementara anjing yang dirawat secara baik pada rumah penduduk tidak menjadi target pemusnahan, apalagi anjing-anjing tersebut sering diberikan obat-obatan dan vaksin anti rabies. Secara medis, katanya, seekor anjing yang sudah terkena penyakit anjing gila, cenderung berprilaku agresif dan menyerang hingga melukai anjing-anjing lain yang masih sehat sehingga penyakit rabies terinfeksi ke anjing yang diserang itu.

Akibatnya, jumlah populasi anjing gila dari hari ke hari semakin meningkat. “Guna memutuskan mata rantai itu, maka anjing-anjing liar akan dimusnahkan, sehingga jumlah anjing gila tidak terus bertambah,” ujar Absardi. Sepanjang Januari-Juni 2011, katanya, dua warga poistif terinfeksi penyakit rabies, yakni seorang warga Kecamatan Bies dan seorang lagi warga Kecamatan Kute Panang.

Diketahuinya penyakit itu, katanya, saat sample (contoh) otak anjing yang menggigit pasien dikirim ke laboratorium Penelitian Penyakit Hewan di Medan Sumatera Utara, dan setelah tiga hari, hasil penelitian otak anjing itu terdapat penyakit rabies. Hasil penelitian laoratorium penyakit hewan itu juga dikirim ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Datu Beru Takengon sebagai penduan pengobatan pasien yang sedang dirawat. “Bila cepat diberikan tindakan meds, penyakit rabies dapat disembuhkan,” ujar Ir Absardi MM.

Kepada masyarakat pemilik anjing diimbau untuk memberikan vaksin anti rabies bagi anjing-anjing peliharaannya, sehingga anjing tersebut terhindar dari penyakit anjing gila. Anjing-anjing peliharaan dapat dibawa ke Kantor Distannakkan Aceh Tengah atau memanggil petugas dari Distannakkan ke rumah warga. Tahun 2010, katanya, lima orang warga positif terjangkiti Rabies karena digigit oleh anjing gila yang positif mengindap rabies.(min)




8. Antara - June 12, 2011


Puluhan Ayam Di Kabupaten Maros Mati Mendadak


Maros, 12/6 (Antaara) - Sedikitnya 50 Ekor Ayam Di Kecamatan Lau, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan Mati Mendadak Dalam Beberapa Hari Terakhir Tanpa Diawali Gejala Penyakit.

"Warga Yang Memelihara Ayam Di Kelurahan Allepolea, Kecamatan Lau, Minimal Harus Kehilangan Lima Ekor Ayam Per Rumah Tangga," Kata Subaedah Warga Allepolea, Kecamatan Lau, Kabupaten Maros, Minggu.

Dia Mengatakan, Baik Ayam Kampung, Maupun Jenis Ayam Bangkok Dan Ayam Etawa Yang Gemar Diternak Oleh Sebagian Warga, Rata-Rata Tidak Memiliki Gejala Penyakit, Misalnya Influenza Atau Paruhnya Berlendir.

Menurut Dia, Kondisi Serupa Pernah Dialami Peternak Ayam Di Kassi, Kelurahan Pettuadae Kecamatan Turikale, Maros Pada April 2011.
"Tapi Untuk Kejadian Yang Terjadi Di Kecamatan Kami, Belum Ada Tindakan Dari Dinas Terkait," Katanya.
Hal Senada Dikemukakan Warga Kecamatan Lau Lainnya, Wahidong.
Dia Mengatakan, Belum Adanya Tindakan Dari Pihak Terkait Mungkin Disebabkan, Karena Belum Ada Laporan Dari Warga Yang Ternaknya Mati Secara Tiba-Tiba.
"Warga Enggan Melapor, Karena Khawatir Ayamnya Yang Masih Hidup Akan Dimusnahkan Oleh Petugas Peternakan," Katanya.

Sementara Itu, Pada Kasus Kematian Ayam Yang Secara Tiba-Tiba Periode April 2011, Pihak Dinas Perikanan, Kelautan Dan Peternakan Kabupaten Maros Telah Melalukan Depopulasi Atau Pengurangan Ternak Ayam Untuk Menekan Terjadinya Kasus Flu Burung

Menurut Koordinator Tim Lapangan Dinas Perikanan, Kelautan Dan Peternakan Kabuparen Maros Drh Ujistiany Abidin, Pemusnahan Yang Dilakukan Di Kassi Tersebut Dilakukan Setelah Mendapat Laporan Dari Petugas Lapangan.
Hal Serupa Juga Akan Dilakukan Pada Wilayah Lainnya Untuk Mengantisipasi Penyebaran Virus H5n1 Atau Flu Burung.
(T.S036/B/M027/M027) 12-06-2011 20:03:42




9. Antara - June 12, 2011


Rumah Sakit Murjani Sampit Siaga Flu Burung


Sampit, Kalteng, 12/6 (Antara) - Rumah Sakit Umum Daerah (Rsud) Dr Murjani Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Menyiagakan Tim Dokter Untuk Penanganan Pasien Yang Terjangkit Virus Flu Burung (H5n1).

"Ruang Isolasi, Peralatan, Dokter Spesialis, Dokter Umum Dan Perawat Yang Ada Di Rsud Dr Murjani Sampit Telah Kami Siagakan," Kata Direktur Rsud Dr Murjani Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Ratna Yuniarti, Di Sampit, Minggu.
Untuk Ruang Isolasi Dan Peralatan Akan Menggunakan Stok Lama Karena Masih Bagus Dan Layak Pakai.

Sedangkan Untuk Obat Tamiflu, Rsud Dr Murjani Sampit Saat Ini Sedang Kehabisan Stok Atau Sedang Kosong Karena Stok Obat Yang Lama Sudah Kedaluwarsa Dan Tidak Dapat Dipergunakan Lagi.
"Kekosongan Stok Obat Tamiflu Tersebut Dua Pekan Lalu Telah Kami Laporkan Ke Kementerian Kesehatan Dan Kami Juga Sudah Meminta Pasokan Obat Yang Baru, Namun
Permintaan Kami Itu Hingga Saat Ini Masih Belum Diberikan," Katanya.

Apabila Dalam Waktu Dekat Ini Pasokan Obat Tamiflu Dari Kementerian Kesehatan Tidak Kunjung Datang Maka Pihak Rsud Dr Murjani Sampit Akan Meminta Ke Pemerintah Provinsi Kalteng.

Rumah Sakit Dr Murjani Sampit Merupakan Salah Satu Rumah Sakit Di Kalteng Yang Ditunjuk Menangani Pasien Rujukan Yang Terjangkit Virus Flu Burung.
Disiagakannya Tim Dokter Dan Perawat Tersebut Menyusul Ayam Yang Ditemukan Mati Secara Mendadak Di Kelurahan Sawahan, Kecamatan Mentaya Baru Ketapang,
Kabupaten Kotawaringin Timur Telah Dinyatakan Positif Terjangkit Virus Flu Burung.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Timur, Yuendri Irawanto Mengatakan, Pihaknya Juga Telah Menyiagakan Seluruh Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).

Selain Puskesmas Masyarakat Juga Diminta Untuk Selalu Waspada Dan Berhati-Hati Dengn Flu Burung Karena Virus Tersebut Dapat Menular Kemanusiaan Dan Bisa Menyebabkan Kematian.

Gejala Yang Dialami Oleh Orang Yang Terinfeksi Virus Flu Burung Memang Mirip Dengan Penyakit Flu Biasa, Yakni Batuk, Pilek, Demam, Pusing, Rasa Lemah, Ngilu-Ngilu Yang Terjadi Selama Satu Hingga Dua Minggu.

Selain Memberikan Instruksi Kepada Puskesmas Untuk Waspada Terhadap Pasien Yang Berobat, Dinas Kesehatan Kotawaringin Timur Juga Melakukan Pengecekan Terhadap Kesediaan Stok Obat Tamiflu.
"Persediaan Obat Tamiflu Di Seluruh Puskesmas Masih Mencukupi Dan Bisa Dipergunakan, Jumlahnya Ada Sebanyak 900 Botol," Katanya.(T.Kr-Gr/B/N005/N005) 12-06-2011 15:16:08




10. Antara - June 11, 2011


Puluhan Ayam Terjangkit Flu Burung Dimusnahkan


Banda Aceh, 11/6 (Antara) - Sebanyak 51 Ekor Ayam Milik Warga Di Gampong (Desa) Kampung Mulia, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, Dimusnahkan Petugas Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Akibat Positif Terjangkit Virus Flu Burung.
Zulfadhly, Petugas Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kota Banda Aceh Sabtu Mengatakan Seluruh Ternak Ayam Milik Warga Itu Telah Diteliti Dengan Menggunakan Alat Rapid Test Aiv Kit Yang Hasilnya Menunjukan Positif Terjangkit Flu Burung.

"Ada 51 Ekor Lebih Ayam Yang Telah Dimusnahkan Akibat Terjangkit Virus Flu Burung Di Kampung Mulia," Kata Petugas Dari Tim Gerak Cepat Antisipasi Flu Burung Kota Banda Aceh Itu.

Puluhan Ayam Yang Positif Terjangkit Virus Flu Burung Itu Dimusnahkan Dengan Cara Disembelih Dan Membakar Serta Dikuburkan.
Kasus Flu Burung Di Kampung Mulia Tersebut Merupakan Kasus Ke Dua Selama 2011, Sebelumnya Tim Gerak Cepat Antisipasi Flu Burung Kota Banda Aceh Itu Juga Memusnahkan Ratusan Ayam Potong Di Gampong Lhong Cut Kecamatan Banda Raya.
Menurutnya, Untuk Mengantisipasi Penyebaran Virus Flu Burung, Pihaknya Juga Terus Menyosialisasikan Kepada Masyarakat Untuk Segera Melaporkan Apabila Ada Ternak Unggas Yang Mati Mendadak.

Tanda-Tanda Unggas Positif Flu Burung Bisa Terlihat Dari Kondisi Fisik Unggas, Kadang-Kadang Ayam Terlihat Biasa Saja Tidak Ada Perubahan Pada Fisik Namun Tiba-Tiba Mati Secara Mendadak.

"Kami Berharap Warga Secepatnya Melapor Kepada Aparat Gampong Atau Kecamatan Apabila Ternak Unggasnya Mati Mendadak Agar Virusnya Tidak Menyebar Ke Tempat Lain," Kata Zulfadhly.

Dwi, Pemilik Ayam Yang Positif Terjangkit Virus Flu Burung Itu Mengatakan Pada Hari Pertama Seekor Ayamnya Mati Mendadak, Selanjutnya Pada Hari Kedua Dan Ketiga 12 Ekor Dan Hari Ketiga Delapan Ekor Lainnya Juga Mati.
(T.Kr-Irw/B/H011/H011) 11-06-2011 14:14:17




11. Antara - June 11, 2011


Dua Warga Sumbar Meninggal Dunia Akibat Rabies


Padang, 11/6 (Antara) - Dua Warga Sumatera Barat Yang Dirawat Di Rsup M Jamil Padang Akibat Rabies Atau Penyakit Anjing Gila Akhirnya Meninggal Dunia.
"Selama Enam Bulan Pada Tahun 2011, Dua Orang Warga Kota Padang Yang Meninggal Dunia Akibat Gigitan Anjing Gila," Kata Humas Rsup M Jamil Padang Gustavianof Di Padang, Sabtu.

Menurutnya, Berdasarkan Data Rsup M Jamil, Dua Orang Yang Meninggal Dunia Itu, Satu Dari Kota Padang, Yakni M (23), Warga Kelurahan Bungus Selatan, Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kota Padang. Warga Lainnya Adalah Ss, (5), Warga Koto Talang Kabupaten Solok.

Dia Menambahkan, Sementara Itu Selama Tahun 2010, Data Rsup M Jamil Padang, Terctat 10 Orang Pasien Meninggal Dunia Akibat Terkena Gigitan Anjing Gila.
"Pasien Terkena Gigitan Anjing Gila Berusia Anak-Anak Serta Dewasa Yang Menjalani Perawatan Di Rumah Sakit," Katanya Dia Mengatakan, Stok Vaksin Antirabies Di Rumah Sakit Masih Tersedia Untuk Mengobati Pasien Yang Akan Menjalani Perawatan Akibat Terkena Gigitan Anjing Gila.

"Vaksi Antirabies (Var) Di Rumah Sakit Masih Tersedia Untuk Mencegah Masyarakat Terkena Penyakit Karena Gigitan Anjing Gila," Katanya.
Ia Mengingatkan, Jika Warga Digigit Anjing Gila Agar Segera Dibawa Ke Puskesemas Maupun Rumah Sakit Terdekat Untuk Diberikan Suntikan Var.
Warga Yang Terkena Gigitan Anjing Gila Tidak Boleh Menunggu Selama Berhari-Hari Untuk Mencegah Kondisi Mereka Semakin Memburuk Hingga Berakibat Pada Kematian.

Dia Menambahkan, Jika Penyakit Rabies Tak Ditangani Dengan Baik, Penderita Bisa Meninggal Dunia. Bahkan, Penderita Akan Tersiksa Selama Beberapa Minggu Usai Digigit Anjing. Luka Terbuka Yang Dijilat Anjing Juga Bisa Seseorang Tertular Rabies.

Seseorang Yang Digigit Anjing Dan Terjangkit Rabies, Akan Mengalami Mual Dan Tenggorokan Sakit. Rasa Itu Akan Semakin Parah Seiring Berjalannya Waktu. "Penderita Akan Tersiksa, Hingga Kemudian Meninggal Dunia," Kata Gustavianof.(T.Kr-Zon/B/M026/M026) 11-06-2011 12:46:30





12. Media Indonesia - June 10, 2011


Sleman Waspada Malaria


Sleman--Micom: Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Menyediakan Anggaran Hingga Rp1 Miliar Untuk Mengantisipasi Penyebaran Penyakit Malaria.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Dr Mafilindati, Jumat (10/6), Mengatakan, Kabupaten Sleman Memang Berbatasan Dengan Daerah Yang Selama Ini Dikenal Sebagai Endemis Malaria, Seperti Kabupaten Kulonprogo Dan Di Sisi Timur, Berbatasan Dengan Kabupaten Klaten Yang Juga Mulai Ditemukan Adanya Penyebaran Malaria.

Dikatakan, Untuk Tahun Ini Memang Baru Terjadi Penambahan Penderita Malaria, Sebanyak Satu Orang. Meski Demikian, Jelasnya, Jika Memang Ada Warga Yang Menunjukkan Gejala Malaria Diminta Segera Melaporkan Ke Dinas Kesehatan Atau Ke Puskesmas Terdekat.

"Tahun 2009 Ada 12 Penderita Baru Dan Pada 2010 Ada 14 Orang Penderita Baru," Katanya.
Mafi Mengakui Pada 2003 Lalu, Sleman Sempat Klb Malaria, Namun Kemudian Cenderung Menurun.

Ia Mengemukakan, Memang Sudah Ada Tujuh Laporan Yang Masuk Namun Saat Dilakukan Penelitian, Ternyata Yang Positif Satu Orang. Sedangkan Enam Lainnya, Ujarnya Hanya Saspek. (Ol-12)




13. Koran Tempo - June 10, 2011


Jumlah Korban Meninggal Meningkat


Yogyakarta -- Jumlah Penderita Leptospirosis Yang Meninggal Bertambah Menjadi 38 Orang Sejak Awal Tahun Hingga 31 Mei 2011. Jumlah Itu Meningkat Dibanding Data Per Akhir Maret Lalu Yang Mencapai 23 Orang. "Jumlah Pasien Dan Korban Terbesar Masih Didominasi Kulon Progo," Kata Kepala Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Sarminto Saat Ditemui Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Diy Kemarin.


Sarminto Menjabarkan, Jumlah Penderita Leptospirosis Di Kulon Progo Sebanyak 242 Orang, 16 Di Antaranya Meninggal. Disusul Bantul Dengan 105 Orang, 12 Di Antaranya Meninggal. Sedangkan Di Kota Yogyakarta Sebanyak 31 Orang, Tujuh Di Antaranya Meninggal; Di Sleman Sebanyak 38 Orang, Dua Di Antaranya Meninggal; Serta Di Gunungkidul Sebanyak 16 Orang, Satu Di Antaranya Meninggal. "Status Bantul Dan Kulon Progo Masih Kejadian Luar Biasa (Klb)," Kata Sarminto.


Sejauh Ini Dinas Kesehatan Diy Telah Menggelontorkan Dana Untuk Biaya Pengobatan Bagi Penderita Leptospirosis Di Bantul Sebesar Rp 175 Juta. Sedangkan Kulon Progo Baru Tahap Pengajuan. "Karena Bantul Yang Lebih Dulu Klb. Sedangkan Kulon Progo Banyak Mengajukan Dana Proses Penanggulangan Pengembangbiakan Tikus Di Bidang Pertanian, Seperti Obat Pestisida," Ujar Sarminto.


Dinas Kesehatan Kulon Progo Hingga Saat Ini Belum Menurunkan Status Klb Pada Peristiwa Leptospirosis Yang Menimpa Warganya Pada Tahun Ini. Hingga Juni 2011, Tercatat 242 Kejadian Dan 16 Di Antaranya Meninggal.


Seorang Tenaga Medis Di Rumah Sakit Umum Daerah Wates Yang Biasa Menangani Pasien Leptospirosis, Dr Witarto, Menuturkan Bahwa Pasien Leptospirosis Meninggal Karena Serangan Yang Terjadi Termasuk Jenis (Ceroval) Berbahaya. "Kami Tak Tahu Jenis Yang Mana Itu Karena Masih Menunggu Hasil Penelitian Dari Laboratorium Di Bandung," Kata Witarto Kepada Tempo Kemarin.


Penyebab Penderita Sampai Meninggal Akibat Leptospirosis Tak Hanya Fungsi Ginjal Yang Biasanya Diserang Kemudian Diatasi Dengan Cuci Darah. "Tapi Juga Merembet Ke Paru-Paru Hingga Sulit Ditolong Jika Kondisi Fisiknya Juga Lemah," Kata Dia.


Sementara Itu, Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kulon Progo Buddy Ismanto Mengatakan Sebagian Besar Penderita Adalah Orang Yang Pernah Melakukan Kontak Dengan Sawah, Yakni Petani. "Tapi Yang Berbahaya Justru Yang Kontak Dengan Tikus Kebun. Mereka Yang Biasanya Dibawa Dalam Kondisi Sudah Parah,

Lalu Meninggal Karena Fisiknya Lemah," Ucapnya. Sebagian Besar Penderita Berusia 40-55 Tahun. Jumlah Pasien Anak-Anak Usia 10-15 Tahun Sekitar 10 Orang.


Adapun Dinas Kesehatan Temanggung Mengantisipasi Penularan Malaria Jenis Falciparum Setelah Ada Laporan Bahwa Seorang Transmigran Asal Kecamatan Jumo Meninggal Sepulang Dari Kalimantan. "Bawaan Transmigran Dari Kalimantan, Sumatera, Dan Papua," Ujar Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Temanggung Sukamsis Kemarin.


Transmigran Yang Meninggal Itu Dinyatakan Positif Terkena Falciparum Dalam Keadaan Sangat Terlambat. "Ia Dibawa Sudah Dalam Kondisi Koma, Mata Melotot, Demam Tinggi, Dan Seolah Seperti Hilang Ingatan. Seperti Gejala Penyakit Gila," Kata Sukamsis. Falciparum Tergolong Jenis Malaria Mematikan Karena Menyerang Hingga Otak.


Untuk Mengantisipasi Penularan Falciparum Ini, Dinas Dalam Sepekan Ini Mengecek Darah Di Lingkungan Penderita. "Belum Sampai Tahap Mass Blood Survey, Yang Melibatkan Satu Pedukuhan Atau Desa," Katanya.


Temanggung Sejak 1996 Sudah Dinyatakan Bukan Endemis Malaria. Hingga Juni Ini, Dinas Mencatat Ada 10 Penderita Malaria Dan Satu Penderita Dari Jenis Plasmodium Falciparum. Pada 2010, Ditemukan 64 Penderita. Dinas Menginstruksikan Kepada Tiap Kepala Desa Wajib Lapor Jika Ada Warganya Yang Pulang Dari Daerah Transmigrasi Yang Dinilai Berasal Dari Daerah Endemi. "Untuk Sekarang, Kami Lakukan Pengawasan 28 Hari Sampai Akhir Juni," Ucap Sukamsis. Pito Agustin Rudiana | Pribadi Wicaksono




14. Suara Merdeka - June 10, 2011


Lagi, Malaria Serang Warga Menoreh


Dinkes Ambil Sampel Darah


Purworejo- Penyakit Malaria Masih Terus Mengancam Warga Yang Tinggal Di Lereng Perbukitan Menoreh, Kabupaten Purworejo.
Setelah Dari Wilayah Kecamatan Bagelen, Kini Malaria Menyerang Warga Lereng Menoreh
Di Wilayah Kecamatan Bener. Enam Warga Desa Guntur Dinyatakan Positif Terkena Penyakit Yang Disebabkan Sengatan Nyamuk Anopheles Ini.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Purworejo Segera Mengambil Langkah-Langkah Untuk Melokalisasi Agar Malaria Tidak Meluas. Sejumlah Petugas Diterjunkan Ke Daerah Sekitar Guntur Untuk Mengambil Sampel Darah.


Bisa Migrasi

Seperti Di Desa Redin Yang Sebenarnya Sudah Masuk Wilayah Kecamatan Gebang. Namun Karena Lokasinya Berdekatan Sehingga Dikhawatirkan Malaria Bisa Migrasi Ke Desa Itu.


"Wilayah Di Sekitar Guntur Kami Antisipasi. Pengambilan Sampel Atau Mass Blood Survey (Mbs) Darah Ini Untuk Mengetahui Apakah Sudah Ada Warga Yang Terserang Atau Belum," Ujar Kabid Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan (P2pl) Drg Dwitiya Suprijono, Kemarin.


Lebih Lanjut Diungkapkan Dwitiya, Petugas Yang Diterjunkan Dari Puskesmas Dan Dinkes Mengambil Sampel Darah Milik 71 Warga Desa Redin 63 Warga Dusun Sipelas, Dan 72 Warga Dusun Jolodoro.Ditambahkan Dwitiya, Selain Pengambilan Sampel Darah, Pihaknya Juga Melakukan Sosialisasi Pencegahan Malaria

Kepada Ratusan Warga. Warga Diminta Untuk Mewaspadai Dan Mengingatkan Penduduk Yang Baru Pulang Merantau Dari Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Atau Papua.


"Jika Ada Warga Yang Pulang Dari Luar Jawa, Diminta Melakukan Cek Darah. Kepala Dusun, Bidan, Juru Malaria Desa Atau Tetangga Harus Aktif Mengingatkan Pentingnya Cek Darah, Meski Perantau Itu Dalam Keadaan Sehat," Katanya. (H43-84)





15. Suara Merdeka - June 10, 2011


Kuburan Ternak Diplester


Solo-Pemprov Jateng Melalui Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan Terus Berupaya Mencegah Penyebaran Virus Antraks, Agar Tidak Menjangkit Pada Manusia. Salah Satu Caranya, Yakni Memplester Kuburan Ternak Yang Dinyatakan Positif Antraks.

Menurut Kabid Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan Provinsi Jateng Eko Sutarti, Tanah Kuburan Ternak Tersebut Masih Disinggahi Virus Antraks Meski Sudah Berusia Sekitar 40 Tahun Lamanya. Karena Itu, Supaya Manusia Tidak Menginjaknya, Akan Diplester.

Ìspora Antraks Itu Mampu Bertahan Di Tanah. Sampai 40 Tahun Pun, Masih Bisa Bertahan. Supaya Tidak Tercemar Ke Mana-Mana, Kuburan Dan Bekas Kuburan Itu Akan Diplester,Î Kata Eko Sutarti Kepada Suara Merdeka, Di Solo, Kemarin.

Di Jateng, Kata Dia, Terdapat Tujuh Daerah Yang Dinyatakan Pernah Endemis Antraks. Di Antaranya Kabupaten Semarang, Kota Solo, Pati, Karanganyar, Sragen, Boyolali Dan Klaten.

Daerah Yang Disebut Terakhir Merupakan Kabupaten Pertama Endemis Antraks,
Pada 1990 Lalu. Kala Itu, Dua Sapi Milik Warga Mati. Sedangkan Kabupaten Semarang Merupakan Daerah Penyumbang Korban Antraks Terbanyak Dengan Jumlah 1.550 Sapi Pada 1991.(K4-27,26)




16. Antara - June 10, 2011


Ayam Mati Di Kotawaringin Positif Flu Burung


Sampit, 10/6 (Antara) - Dinas Pertanian Dan Peternakan (Distanak) Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Menyatakan Puluhan Ayam Milik Warga Yang Ditemukan Mati Secara Mendadak Positif Terjangkit Virus Flu Burung (H5n1).

"Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Badan Penyidikan Dan Pengujian Veterina (Bppv) Banjarbaru, Kalimantan Selatan (Kalsel) Terhadap Bangkai Ayam Yang Ditemukan Mati Mendadak, Ternyata Positif Akibat Virus Flu Burung," Kata Kepala Bidang Pengawasan Ternak Dan Hewan, Distanak Kotawaringin Timur, Bima Eka Wardana, Di Sampit, Jumat.

Ayam Yang Ditemukan Mati Mendadak Dan Akibat Terjangkit Virus Flu Burung Tersebut Adalah Milik Warga Kelurahan Sawahan, Kecamatan Mentaya Baru Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Timur.

Virus Flu Burung Yang Menyebabkan Ayam Mati Secara Mendadak Itu Sifatnya Insidentil, Yakni Kejadian Yang Sewaktu-Waktu Bisa Muncul Dengan Mendadak, Namun Apabila Mendapat Tindakan Antisipasi Yang Tepat Maka Tidak Menyebabkan Kejadian Yang Menular Ke Unggas Dan Wilayah Lain.

Menurut Bima, Meski Hasil Pemeriksaan Telah Menyatakan Positif, Namun Kotawaringin Timur Dinyatakan Tidak Endemis Terbukti Dengan Tidak Adanya Susulan Ayam Lain Yang Mati Mendadak.

Meski Telah Ditemukan Ayam Mati Akibat Virus Flu Burung Diharapkan Masyarakat
Kotawaringin Timur Untuk Tidak Panik Dan Resah Karena Masih Dapat Dilakukan Pencegahan.

"Kami Harap Masyarakat Untuk Tetap Waspada Dan Melakukan Antisipasi Dengan Meningkatkan Kebersihan Serta Penyemprotan Kandang Secara Rutin," Katanya.
Virus Flu Burung Dapat Menyebar Ke Seluruh Wilayah Kotawaringin Timur Apabila Tidak Dilakukan Pencegahan Dengan Baik Dan Benar.

Kabupaten Kotawaringin Timur Merupakan Wilayah Yang Endemis Flu Burung Karena Pada 2004 Pernah Terjadi Wabah Virus Serupa.

"Distanak Kotawaringin Timur Sendiri Telah Melakukan Antisipasi Dengan Memperketat Pengawasan Terhadap Ayam Yang Masuk Dari Luar Daerah," Ucapnya.
Setiap Ayam Yang Didatangkan Dari Luar Daerah Harus Dilengkapi Surat Keterangan Sehat Atau Bebas Dari Virus Flu Burung Dari Daerah Asal.

"Kami Mengimbau Kepada Seluruh Peternak Agar Segera Memisahkan Apabila Ada Ayam Yang Sakit Dan Tidak Membuang Ayam Mati Di Sembarang Tempat Serta Melaporkan Ke Distanak Jika Ada Ayam Yang Mati Secara Mendadak," Ungkapnya.(T.Kr-Gr/B/P004/P004) 10-06-2011 13:07:51




17. Antara - June 10, 2011


Sensus Hewan Di Kolaka Mencapai 80 Persen


Kolaka, Sultra, 10/6 (Antara) - Pelaksanaan Sensus Ternak Yang Dilakukan Oleh Badan Pusat Statistik (Bps) Bekerjasama Dengan Dinas Pertanian Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra) Hingga Kini Sudah Mencapai 80 Persen.

Kepala Dinas Pertanian Dan Peternakan Kolaka, Alva Talanipa Di Kolaka, Jumat Mengatakan Kegiatan Ini Baru Dilaksanakan Kembali Tahun Ini Karena Sebelumnya Tahun 1967 Juga Pernah Dilaksanakan Kegiatan Yang Sama.

"Sudah 40 Tahun Sensus Hewan Ternak Ini Baru Dilakukan Kembali Secara Nasional Dan Itupun Kita Bekerjasama Dengan Bps Di Kabupaten," Katanya.
Namun Yang Menggembirakan Menurut Alva Talanipa, Karena Sejak Ditetapkan Pelaksanaannya Pada Awal Bulan Juni Hingga Kini Sudah 80 Persen Hasil Sensus Hewan Ternak Itu Dijangkau Oleh Petugas.

Dalam Sensus Hewan Terutama Sapi Dan Kerbau Tergolong Cepat Dalam Pendataan Karena Sudah Mencapai 80 Persen.
Hingga Kini Kata Alva, Tim Dari Bps Bersama Dinas Pertanian Dan Peternakan Masih Melakukan Pendataan Sensus Hewan Ternak Di Beberapa Kecamatan.

Samsu, Salah Seorang Warga Di Kecamatan Mowewe Kolaka, Mendukung Program Sensus Hewan Ternak Diseluruh Wilayah Khususnya Di Kabupaten Kolaka.
Ia Mengatakan, Dengan Pendataan Ternak-Ternak Hewan Milik Petani Di Desa Itu Akan Lebih Memudahkan Bagi Petugas Untuk Segera Melakukan Penelitian Bila Sewaktu-Waktu Munculnya Penyakit Terhadap Ternak.

Apalagi Saat Ini, Hampir Setiap Musim Ternak Milik Warga Terkadang Langsung Mati Seketika, Yang Tidak Diketahui Pasti Penyebabnya, Artinya, Jika Sudah Ada Pendataan Ternak Seperti Saat Ini Tentu Lebih Memudahkan Bagi Petugas Kesehatan Hewan Untuk Mengambil Tindakan Pencegahan.(T.A056/B/A033/A033) 10-06-2011 14:50:09





18. Antara - June 10, 2011


Dinkes Sleman Anggarkan Rp1 Miliar Antisipasi Malaria


Sleman, 10/6 (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta menyiapkan anggaran Rp1 miliar untuk kegiatan pencegahan dan antisipasi penyebaran penyakit malaria.

"Saat ini memang kasus penyakit malaria di Sleman belum menonjol, meski demikian kami tetap melakukan langkah antisipasi agar tidak menimbulkan wabah, kami imbau masyarakat untuk melapor jika ada masyarakat yang mengalami gejala penyakit malaria ini," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Mafilindati Nuraini, Jumat.

Menurut dia, kasus malaria di Kabupaten Sleman hingga awal Juni 2011 ini baru terdata satu orang saja.

"Meski demikian kewaspadaan harus ditingkatkan terutama di wilayah yang berbatasan dngan daerah endemis seperti di Kabupaten Kulon Progo," katanya.
Ia mengatakan, pada 2010 di Kabupaten Sleman terdapat 14 kasus penyakit malaria dan pada 2009 ada 12 kasus.

"Kami belum lama ini menerima tujuh laporan masyarakat terkait dugaan penyakit malaria, namun setelah diteliti hanya ada seorang warga yang positif terserang malaria, dan enam lainnya baru sebatas suspect" katanya.
Mafilindati mengatakan, nyamuk anopheles pembawa virus malaria menyukai tempat yang lembab, semak-semak hingga hewan tak berbulu.

"Kami juga menyarankan masyarakat untuk terus menggiatkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk, selain untuk mengantisipasi serangan malria juga untuk penyakit demam berdarah dengue," katanya.

Ia mengatakan, pada 2003 Kabupaten Sleman dinyatakan Kondisi Luar Biasa (KLB) malaria namun saat ini cenderung menurun.

"Warga harus melapor jika jatuh korban dan obat-obatan untuk penanganan atau pemulihan sangat banyak di Dinas Kesehatan kabupaten," katanya.(U.V001/B/H008/H008) 10-06-2011 18:01:05

No comments:

Post a Comment