SEKSI BINA KESEHATAN HEWAN KABUPATEN SAROLANGUN


DENGAN MENINGKATKAN KESEHATAN HEWAN KITA WUJUDKAN " SAROLANGUN EMAS"

Tuesday, June 14, 2011

Berita 14 Juni 2011

INDEX:



1. Seputar Indonesia: ASEAN Berkomitmen Berantas DBD

2. The Jakarta Globe: On Dengue Day, Capital Raises Awareness of Deadly Disease

3. Seputar Indonesia: Pancaroba, Waspadai Tetelo

4. The Jakarta Post: Jakarta losing the fight against dengue fever

5. Analisa: Sejumlah Daerah di Aceh Terserang Flu Burung

6. Waspada: Diduga Flu Burung Puluhan Ayam Mati

7. Antara: Flu Burung Resahkan Warga Kota Banda Aceh

8. Antara: Bali Vaksin 19.493 Anjing Dalam Dua Pekan

9. Antara: Pemkab Segera Cabut KLB Antraks Di Boyolali

10. Antara: Dinas Peternakan: Pamekasan Bebas Penyakit Antrak

***






1. Seputar Indonesia - June 14, 2011


ASEAN Berkomitmen Berantas DBD


Jakarta, Kompas - Eliminasi dan eradikasi demam berdarah dengue membutuhkan kerja sama regional. Hal itu dikemukakan Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih dalam pembukaan ASEAN Dengue Conference yang bertema ”Dengue is Everybody’s Concern, Causing Socio-economic Burden, but it’s Preventable”, Senin (13/6) di Jakarta. ASEAN Dengue Conference merupakan rangkaian kegiatan peluncuran ASEAN Dengue Day pertama.


Endang mengatakan, demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah lama yang dihadapi negara-negara anggota ASEAN. DBD tidak mudah diatasi karena nyamuk pembawa virus dengue tak mudah diberantas.


Sejak 1968 kasus DBD pertama kali ditemukan di Indonesia, jumlah kasus masih banyak, sekitar 140.000 kasus pada tahun 2010. Namun, angka kematian sudah diturunkan sampai di bawah 1 persen.


Pengendalian DBD dikhawatirkan makin penuh tantangan ke depan. Regional Adviser Vector Borne Neglected Tropical Disease Control WHO/SEARO, AP Dash, menyatakan dalam presentasinya, perubahan iklim diduga akan memperbesar masalah DBD walau masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut.


Parasit dan patogen harus melengkapi siklus hidupnya dalam tubuh serangga vektor yang umumnya makhluk berdarah dingin, dalam hal ini nyamuk, dan dipengaruhi kondisi lingkungan.


Peningkatan suhu udara meningkatkan dan mempercepat perkembangan dari telur menjadi nyamuk dewasa. Populasi nyamuk dikhawatirkan bertambah. Perubahan curah hujan juga memengaruhi perkembangbiakan nyamuk. Beban ekonomi dari DBD per tahun diperkirakan 587 juta dollar AS di dunia. Sebagai gambaran, beban DBD di India 29,3 juta dollar AS.


Jejaring negara ASEAN

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama, mengatakan, ASEAN Dengue Conference bertujuan, antara lain, meningkatkan komitmen pemerintah negara-negara anggota ASEAN untuk menanggulangi DBD, membentuk jaringan regional, serta meningkatkan peran serta masyarakat di negara ASEAN.


Forum itu sekaligus menjadi wadah saling tukar pengalaman, kegiatan riset, dan kegiatan penanggulangan DBD. Di akhir konferensi akan dihasilkan Jakarta Call for Action on Combating Dengue yang akan digunakan sebagai dokumen penting penanggulangan DBD di kawasan ASEAN. (INE)





2. The Jakarta Globe - June 13, 2011


On Dengue Day, Capital Raises Awareness of Deadly Disease


The Jakarta administration marked the inaugural Asean Dengue Day on Sunday with a mass meeting to teach the public about ways to prevent the deadly mosquito-borne disease.
The event, held at the National Monument Park (Monas), involved 1,600 community trainers teaching visitors about the various prevention methods.

Ahmad Harjadi, the city deputy for spatial planning and the environment, said it was important for all residents to be involved in tackling the spread of dengue fever in their own communities.

“I need to highlight that all residents must become community trainers in their own homes, neighborhoods and surroundings,” he said, adding that this was necessary in light of the fact that Jakarta ranked second to Bali nationwide in terms of the proportion of the population that had contracted the disease. There were a total of 18,000 reported cases of dengue fever in the capital in 2010, according to the Health Ministry, giving it an incidence rate of 202.4 per 100,000 population. This is significantly higher than the government-set target of 150 per 100,000.

Ahmad said this high incidence rate was part of what had prompted authorities in Southeast Asia to launch an Asean Dengue Day.
According to the WHO, Indonesia accounted for 57 percent of all dengue cases in the region in 2006, including almost 70 percent of deaths from the disease.
Ahmad said the Jakarta administration had since 2004 stressed the need for preventive action by residents, encouraging them to carry out weekly programs to clean out places where mosquitoes bred.

He said this Mosquito Larvae Eradication (PSN) program was meant to put the emphasis on prevention of the disease, as well as get residents to participate in the fight.
The administration says that in the time since the PSN program was launched, cases of dengue have gone down significantly in the city. Between 2007 and 2010, the number of cases dropped from 31,000 to 18,000, while the fatalities from the disease also went down during the same period, from 87 to 33.

Ahmad said the figures so far this year also pointed to a downward trend.
In the first three months of 2011, there have been 2,950 reported dengue cases, an incidence of just 11 per 100,000 people. There have been no recorded deaths this year.
In addition to preventive measures, the administration has also taken steps to prioritize treatment of the disease, including ordering 17 hospitals across the city to provide free third-class rooms to dengue patients.




3. Seputar Indonesia - June 13, 2011


Pancaroba, Waspadai Tetelo


MADIUN – Pergantian musim membuat suhu dan cuaca berubah drastis.Ini perlu di waspadai sebab kondis ini menjadikan wabah tetelo (Newcastle Disease/ND) dan flu burung (Avian Influenza/AI) mudah menyerang ayam yang diternakkan.


Di Kabupaten Madiun,Jawa Timur,sejak Januari hingga awal Juni 2011 tercatat sudah ratusan ekor ayam yang mati terserang tetelo dan flu burung. Seperti yang terjadi pada ratusan ayam pedaging milik Sarno,peternak diDesaMojorayung,Kecamatan Wungu.Pekan lalu,sedikitnya sudah 140 ekor ayam yang mati mendadak.”Badan ayam membiru dan mengeluarkan liur.Menurut penilik Dinas Peternakan, itu katanya gejala flu burung,” kata Sarno,kemarin.

Untuk mengurangi kerugian, peternak terpaksa memanen ayam pedaging lebih dini atau usianya belum ideal untuk dipanen. Idealnya, terangnya, ayam pedaging dipanen pada usia 37-40 hari. Karena takut mati,sambungnya lagi,terpaksa dipanen pada usia 29-30 hari.

Data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Madiun menyebutkan selama Januari hingga awal Juni 2011,tercatat hanya satu kasus flu burung yang terjadi dengan korban sekitar 13 ekor ayam di Desa Kranggan,Kecamatan Geger, Maret lalu. Sedangkan untuk tetelo, tercatat sedikitnya sudah lima kasus kematian ayam dengan jumlah ayam yang mati mencapai 500 ekor.

Kasus itu tersebar di Madiun, Jiwan,Kebonsari, Saradan, dan Pilangkenceng. ”Gejala flu burung dan tetelo memang hampir sama. Jadi harus waspada,” tegas Kepala Bidang Kesehatan Hewan dili eyato _Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Madiun Santoso.




4. The Jakarta Post - June 13, 2011


Jakarta losing the fight against dengue fever


Jakarta remains one of the provinces with the highest rates of dengue fever, prompting the Jakarta administration to call for more public participation to fight the disease.
Deputy governor for spatial planning and the environment Achmad Harjadi warned that Jakarta was still vulnerable to outbreaks of the disease and that preventive measures were not yielding the desired results.

“We are still seeing a lack of participation from Jakartans in dengue prevention campaigns,” Achmad said over the weekend.

Since 2004, the administration has recruited field workers to monitor mosquito larvae populations in neighborhoods across the city. The field workers inform residents of the danger of dengue fever, teach them preventive measures and monitor mosquito breeding grounds.“Each resident should become a monitor for their own family and community,” Achmad said.

Jakarta has the second-largest number of dengue cases in the country after Bali. Jakarta Health Agency head Dien Emmawati said Sunday that there were 18,006 recorded cases of the disease in the city 2010, an incidence rate of 202.4 cases per 100,000 people. She added that 33 people died of the disease last year.

Dien said the figure was far above the national target of 150 cases per 100,000 people, adding that although the prevalence of dengue fever remained high in the city, the number of cases had decreased.
There were 31,000 cases reported in 2007, 23,000 in 2008, 18,000 in 2009 and 3,897 cases as of May this year. Dien said Indonesia reported the highest number of dengue fever cases in the world in 2010.

Health ministers from ASEAN have designated this Wednesday as ASEAN Dengue Day in a bid to raise awareness of the disease before moving to eradicate it.
The health ministers acknowledged that raising awareness was a key strategy in reducing the risk of dengue transmission in the region.

The first Dengue Day will kick off in Indonesia and other ASEAN countries will hold their own dengue eradication campaigns.
An estimated 2.5 billion people are at risk globally of contracting the disease, with 1.8 billion or more than 70 per cent of them, in Asia.

June was chosen to mark the start of dengue eradication campaigns because it was considered the peak month for outbreaks of dengue fever.
Jakarta is also participating in region-wide trials of a new dengue vaccine, which began last week with 800 children receiving shots across the city. The trials are also being held in Thailand, Malaysia and Vietnam.

The vaccine, in development for 25 years, is a project by the medical schools at five universities in Indonesia, Thailand, Vietnam, the Philippines and Malaysia.
Early trial results indicate that the vaccine was safe for humans. If in the next five years the vaccine is found to be safe for humans, it may be distributed for public use.




5. Analisa - June 13, 2011


Sejumlah Daerah di Aceh Terserang Flu Burung


Sejumlah kabupaten/kota di Aceh diserang flu burung. Akibatnya, ratusan ternak unggas mati mendadak dan terpaksa dimusnahkan guna menghindari menyebarnya penyakit yang umumnya menyerang hewan peliharaan jenis unggas ini.


Berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan, Aceh, ada tiga daerah yang sejauh ini telah terdeteksi ditemukannya flu burung, Kota Banda Aceh, Aceh Tamiang dan Aceh Selatan.


Kasus terakhir yang ditemukan terjadi di Banda Aceh. Sebanyak 51 ekor ayam milik warga Kampung Mulia, Kecamatan Kuta Alam, dimusnahkan petugas Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan akibat positif terjangkit virus flu burung.


Menurut petugas pemusnahan dari Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kota Banda Aceh, Zulfadhly, pemusnahan yang yang dilakukan setelah pihaknya melakukan penelitian dengan menggunakan alat uji cepat virus flu burung (rapid test AIV kit).

”Hasil penelitian menunjukkan ternak milik Dwi, warga Kampung Mulia positif terjangkit flu burung,” ujarnya.


Puluhan ayam yang positif terjangkit virus itu dimusnahkan dengan cara disembelih, dibakar dan dikubur. Kasus flu burung di Kampung Mulia merupakan kasus kedua selama 2011 yang ditemukan di ibu kota Provinsi Aceh.


”Sebelumnya tim gerak cepat antisipasi flu burung Kota Banda Aceh juga memusnahkan ratusan ayam potong di Gampong Lhong Cut Kecamatan Banda Raya,” tambahnya.

Dikatakan, untuk mengantisipasi penyebaran virus flu burung, pihaknya terus menyosialisasikan kepada masyarakat untuk segera melaporkan jika mendapati ternak unggas mati mendadak. Tanda-tanda unggas positif flu burung tidak bisa terlihat dari fisiknya. Kadangkala ayam terlihat normal tanpa perubahan pada fisiknya namun tiba-tiba mati.


”Kami berharap warga secepatnya melapor kepada aparat gampong atau kecamatan bila ternak unggasnya mati mendadak agar virusnya tidak menyebar ke tempat lain,” harap Zulfadhly.


Pemilik ayam yang positif terjangkit flu burung, Dwi, mengatakan pada hari pertama seekor ayamnya mati mendadak, hari kedua dan ketiga 12 ekor dan hari berikutnya delapan ekor.


Terjunkan tim

Sehubungan adanya ratusan ayam potong yang mati mendadak di Desa Ujong Tanjong, Kecamatan Manyak Payed, Aceh Tamiang, Dinas Kesehatan Hewan (Keswan) Aceh menerjunkan tim ke lapangan setelah berkoordinasi dengan Dinas Peternakan (Disnak) setempat.


Kepala Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan, Aceh, Murthada Sulaiman, mengungkapkan, pihaknya telah meminta Disnak Aceh Tamiang mencari contoh (sampel) ayam mati itu lebih dulu dan selanjutnya diperiksa sehingga diketahui penyakit yang menyerang ternak itu.


Menurutnya, penyakit ayam yang mati mendadak tidak bisa disimpulkan sebelum diperiksa sampelnya. Lazimnya, ayam mati mendadak jika terkena penyakit ND, Snock (keluar air hidung) atau flu burung yang juga ditandai dengan keluarnya ingus berwarna kuning.

Kasus dugaan flu burung juga terjadi di Aceh Selatan. Dilaporkan, serangan flu burung di kabupaten itu mengakibatkan ratusan unggas dimusnahkan di Tapaktuan, pekan lalu.


Penyebab kematian seratusan ekor burung puyuh dan belasan ekor ayam di peternakan milik Uwo, di Gampong Lhok Ketapang, Kecamatan Tapaktuan akhir Mei lalu itu positif flu burung berdasarkan hasil tes dengan tingkat akurasi mencapai 90 persen lebih.


Flu burung di Tapaktuan telah membunuh hewan ternak milik Uwo di Gampong Lhok Ketapang Tapaktuan dengan rincian puluhan ekor ayam dan ratusan burung puyuh.

Sementara, belasan unggas peliharaan milik warga lainnya di gampong yang sama, setelah diuji ternyata bukan disebabkan flu burung, melainkan penyakit ND.


Hasil uji sama juga muncul di Menggamat, Kecamatan Kluet Tangah, setelah ratusan ratusan ekor ayam dan puluhan ekor lainnya di Gampong Panju Pian dan Gampong Jambu Apa, Kecamatan Tapaktuan mati. (irn)




6. Waspada - June 13, 2011


Diduga Flu Burung Puluhan Ayam Mati


BANDA ACEH - Puluhan ekor ayam milik seorang warga di Gampong Mulia, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh, dilaporkan positif terjangkit flu burung. Sementara ratusan ekor burung puyuh yang diternak seorang warga Hagu Teungoh, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe, dilaporkan mati mendadak.

Penyakit flu burung (avian ifluenza) yang disebabkan virus subtype H5N1 yang dua tahun lalu sempat menghebohkan, diketahui setelah dokter hewan dari Dinas Pertanian Peternakan Perikanan dan Kelautan Banda Aceh melakukan tes cepat (rapid test), Jumat (10/6) sore pada enam ekor ayam milik Dwi (48), warga Gampong Mulia, yang mati mendadak.

“Setelah hasil tes positif flu burung. Esok harinya, Sabtu (11/6) kami mendatangi rumah warga tersebut dan kembali menemukan delapan ekor ayamnya mati. Kami pun melakukan pemusnahan (depopulasi) dengan cara terlebih dulu memotong 30 ekor ayam yang masih hidup dan kemudian membakarnya dalam satu lubang,” kata Staf Peternakan dan anggota Partisipasory Deseas Suvelance of Respons (PDSR), Roni Hidayat.

Setelah memotong, membakar dan menguburkan 30 ekor ayam bersama tempat makan, kotoran, dan sisa makanan, petugas juga melakukan penyemprotan disinfektan pada kadang ayam. Hal ini dilakukan untuk mensterilkan agar flu burung tidak menyebar di lingkungan sekitarnya. “Kita meminta kepada masyarakat agar segera melaporkan jika menemukan ayam, burung, atau itiknya yang mati secara mendadak,” ujarnya.

Drh Roni mengatakan, dalam 2011 ini sudah ditemukan dua kasus flu burung di Kota

Banda Aceh. Satu di Lhong Raya dan satu lagi di Gampong Mulia. Dinasnya sendiri sebelumnya sudah melakukan penyemprotan pada kandang-kandang ayam, itik, dan burung milik warga di Kota Banda Aceh untuk mengantisipasi flu burung mewabah.

“Kita mempunyai program pemberantasan flu burung di Kota Banda Aceh. Salah satunya melakukan penyemprotan. Kita juga memberi dana kompensasi (ganti rugi) kepada warga. Seperti hari ini warga yang ayamnya tadi kita musnahkan sekitar 30 ekor, per ekornya mendapat ganti rugi sebesar Rp 15.000,” ucap drh Roni.

Sementara itu, pemilik ayam, Dwi menuturkan menemukan ayam siam yang dipeliharanya satu ekor mati mendadak. Kemudian esok harinya, Kamis (9/6), enam ekor ayamnya kembali mati, begitu juga pada Jumat (10/6). Akhirnya karena cemas Dwi pun melaporkan hal itu kepada petugas peternakan setempat.





7. Antara - June 13, 2011


Flu Burung Resahkan Warga Kota Banda Aceh


Banda Aceh, 13/4 (Antara) - Penduduk Kota Banda Aceh Resah Dengan Ditemukan Dua Kasus Flu Burung Sepanjang 2011, Dan Warga Mengharapkan Pemerintah Segera Menangani Virus Mematikan Yang Dapat Menular Kepada Manusia Tersebut.

"Saya Membaca Di Media Tentang Flu Burung Yang Ditemukan Di Kampung Mulia Dan Lhong Cut. Virus Itu Sangat Berbahaya Dan Dapat Menular Kepada Manusia," Kata Seorang Warga Beurawe Kecamatan Kuta Alam, Azhar Di Banda Aceh, Senin.
Ia Meminta Pemerintah Kota Banda Aceh Untuk Melakukan Penanganan Agar Virus Flu Burung Tersebut Tidak Menyebar Ke Gampong-Gampong Atau Kecamatan Lainnya.

Keresahan Warga Itu Terjadi Sejak Ditemukannya Kasus Flu Burung Di Rumah Dwi (49) Warga Gampong (Desa) Kampung Mulia Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh Pada 11 Juni 2011.

Sebanyak 50 Lebih Ayam Lokal Milik Warga Itu Terpaksa Dimusnahkan Tim Partisipatory Disease Surveilance And Respons (Pdsr) Kota Banda Aceh Dengan Cara Dibakar Dan Ditanam.

Roni Hidayat, Seorang Anggota Tim Gerak Cepat Untuk Antisipasi Flu Burung Kota Banda Aceh Mengatakan Semua Ayam Milik Warga Itu Posisitif Terjangkit Virus Flu Burung Setelah Diteliti Dengan Menggunakan Alat "Rapid Test Aiv Kit".

Didampingi Anggota Tim Lainnya, Zulfadhly, Dokter Hewan Itu Juga Mengatakan Kasus Flu Burung Di Kampung Mulia Tersebut Merupakan Kasus Kedua Sepanjang 2011.
Sebelumnya Tim Gerak Cepat Antisipasi Flu Burung Kota Banda Aceh Itu Juga Memusnahkan Ratusan Ayam Potong Di Gampong Lhong Cut Kecamatan Banda Raya.

"Dengan Ditemukan Dua Kasus Itu, Banda Aceh Termasuk Daerah Rawan Flu Burung. Kami Berharap Warga Segera Melapor Jika Menemukan Ayam Mati Mendadak," Kata Staf Pada Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kota Banda Aceh Itu.
Menurutnya Daerah Yang Berpeluang Penyebaran Virus Flu Burung Itu Terutama Di Daerah-Daerah Yang Ditemukan Kasus Tersebut.(T.Kr-Irw/B/S019/S019) 13-06-2011 12:28:30





8. Antara - June 14, 2011


Bali Vaksin 19.493 Anjing Dalam Dua Pekan


Denpasar, 13/6 (Antara) - Dinas Peternakan Provinsi Bali Mencatat, Selama Dua Pekan Terakhir, Sekitar 19.493 Anjing Telah Diberi Suntikan Vaksin Antirabies.

"Berdasarkan Laporan Yang Kami Terima, Tercatat Sebanyak 19.493 Ekor Anjing Di Delapan Kabupaten/Kota Telah Diberi Vaksin Antirabies Dalam Kegiatan Vaksinasi Massal Tahap Ii," Kata Kepala Dinas Peternakan Provinsi Bali Putu Sumantra Di Denpasar, Senin.
Ia Mengatakan, Vaksinasi Itu Masih Menyasar Hewan Yang Diduga Menjadi Penyebar

Penyakit Anjing Gila Di Delapan Wilayah Setempat.

Dijelaskan, Pada Pekan Pertama, Vaksinasi Dipusatkan Pada Tiga Kabupaten, Yakni Kabupaten Jembrana, Bangli Dan Klungkung.

"Setelah Di Tiga Kabupaten Tersebut, Memasuki Pertengahan Juni 2011 Dilaksanakan Vaksinasi Di Lima Kabupaten/Kota Lainnya," Ujarnya.

Sumantra Lima Kabupaten/Kota Yang Baru Melaksanakan Vaksinasi Tersebut Adalah Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Buleleng, Karangasem Dan Tabanan. Untuk Kabupaten Gianyar Kemungkinan Akan Dilakukan Vaksinasi Tahap Berikutnya. Dengan Target Di Lima Wilayah Tersebut, Tambah Dia, Minimal 149.000 Ekor Atau 70 Peren Dari Total Estimasi Populasi Hewan Penyebar Rabies Sudah Dilakukan Vaksinasi.

"Perkiraan Kami Populasi Anjing Di Lima Kabupaten/Kota Tersebut Sekitar 212.900 Ekor," Katanya Menjelaskan. Masing-Masing Estimasi Populasi Anjing Di Wilayah Itu Adalah Kabupaten Badung 49.300 Ekor, Buleleng 47.000, Karangasem 53.600, Tabanan 22.000 Ekor Dan Kota Denpasar 41.000.

Menurut Sumantra, Total Estimasi Di Lima Kabupaten/Kota Itu Sekitar 60 Persen Dari Keseluruhan Perkiraan Populasi Anjing Di Pulau Dewata, Yakni Sebanyak 351.000 Ekor.

"Secara Rinci Berdasarkan Hasil Rekapitulasi Kami, Jumlah Vaksinasi Di Delapan Kabupaten/Kota, Terdiri Dari Kota Denpasar 3.415 Ekor, Kabupaten Badung 678 Ekor, Bangli 4.504, Jembrana 5.232, Karangasem 572 Ekor, Tabanan 411 Ekor, Klungkung Sebanyak 4.020 Ekor Dan Buleleng 661 Ekor," Ujarnya.(T.Kr-Igt/C/M026/M026) 13-06-2011 12:21:21





9. Antara - June 14, 2011


Pemkab Segera Cabut KLB Antraks Di Boyolali


Boyolali, 13/6 (Antara) - Pemerintah Kabupaten Boyolali Segera Mencabut Status Kejadian Luar Biasa (Klb) Penyakit Antraks Di Daerah Ini, Karena Sudah Melebih Batas Waktu Dan Tidak Ada Lagi Kasus Penularan Terhadap Manusia.

Kasus Antraks Di Boyolali, Yang Mengakibatkan Ternak Mati Terakhir Terjadi Pada 21 April 2011, Setelah Itu Hingga Sekarang Sudah Tidak Ada Lagi, Kata Kepala Dinas Peternakan Dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali, Dwi Priyatmoko, Di Boyolali, Senin. Menurut Dia, Penemuan Ternak Mati Akibat Antraks Terakhir Pada 21 April 2011, Setelah 14 Hari Selanjutnya Tidak Ada Lagi. Maka, Status Klb Seharusnya Sudah Berlalu Dan Segera Dicabut Oleh Bupati.

Ia Menjelaskan, Kasus Antraks Di Boyolali, Setidaknya Sekitar 47 Ternak Warga Klego Dan Andong Mengalami Kematian. Ternak Mati Banyak Terjadi Di Daerah Andong Atau Berbatasan Dengan Kabupaten Sragen.

Namun, Pihaknya Langsung Melakukan Penanganan Di Lapangan, Seperti Pemberian Vaksin Terhadap Puluhan Ribu Ternak Milik Warga Setempat. Maka, Kasus Antraks Sudah Dinyatakan Berlalu Dari Boyolali.

"Kami Sudah Usulkan Ke Bupati Boyolali, Karena Pencabutan Status Klb Merupakan Kewenangan Kepala Daerah," Katanya.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Boyolali, Yulianto Prabowo Menjelaskan, Penularan Antraks Ke Manusia Pada Warga Dukuh Tangkisan, Desa Karangmojo, Kecamatan Klego, Pada April 2011 Sudah Berlalu.

Karena, Kata Dia, Setelah Kejadian Tersebut Sudah Tidak Ada Lagi Temuan Kasus Penularan Pada Manusia.

Oleh Karena Itu, Pihaknya Sudah Mengusulkan Pencabutan Status Klb Antraks Di Boyolali, Karena Setelah Kejadian Beberapa Waktu Lalu Tidak Ditemukan Lagi. Selain Itu, Kata Dia, Dengan Penetapan Status Klb Tersebut Memberi Keuntungan, Salah Satunya Dapat Meningkatnya Kewaspadaan Pada Sebaran Antraks Di Boyolali."Penetapan Status Klb Itu, Penanganan Akan Lebih Komprehensif," Katanya. Sekretaris Daerah Kabupaten Boyolali Sri Ardiningsih Mengatakan, Pihaknya Membenarkan Sudah Menerima Surat Usulan Agar Status Klb Antraks Di Boyolali Dicabut.

Menurut Dia, Pencabutan Klb Antraks Di Boyolali Tersebut Rencananya Dilakukan Setealh Diadakan Makan Bersama Sop Buntut Sapi. "Hal Itu, Menunjukan Kepada Masyarakat Bahwa Dagang Sapi Asal Daerah Boyolali Aman Dari Antraks," Katanya.(U.B018/B/F002/F002) 13-06-2011 18:21:26





10. Antara - June 14, 2011


Dinas Peternakan: Pamekasan Bebas Penyakit Antrak


Pamekasan, 13/6 (ANTARA) - Dinas Peternakan Pamekasan, Madura, Jawa Timur memastikan wilayah itu bebas dari serangan penyakit antrak.

"Kami tidak menemukan adanya sapi yang terserang penyakit antrak di Pamekasan ini, dan juga tidak ada laporan tentang jenis penyakit itu," kata Sekretaris Dinas Peternakan Pamekasan Djoko Mulyo Utomo, Senin.

Ia menyatakan, pihaknya telah melakukan pemantauan di 13 kecamatan di wilayah itu dengan melibatkan semua penyuluh peternakan yang ada di Pamekasan. Kendatipun demikian, sambung Djoko, pihaknya akan tetap meningkatkan pengawasan terkait kemungkinan peredaran jenis penyakit sapi itu. Salah satunya, intensif melakukan penyuluhan kepada semua peternak sapi yang tersebar di 13 kecamatan di wilayah itu.

"Ini salah satu upaya yang kami lakukan," kata Djoko Mulyo Utomo menjelaskan.
Menurut dia, adanya penyakit antrak di sejumlah daerah di Indonesia beberapa waktu lalu memang sempat mengkhawatirkan kalangan peternak sapi di Pamekasan. Bahkan, harga jual sapi sempat turun dalam kurun waktu enam bulan terakhir ini, meskipun turunnya harga sapi itu bukan satu-satunya penyebab dari penyebaran penyakit antrak di sejumlah daerah tersebut.

"Faktor lain, karena masyarakat sendiri kini banyak yang menjual sapinya untuk dijadikan modal tanam tembakau," katanya menjelaskan.

Djoko Mulyo Utomo lebih lanjut menjelaskan, pihaknya kini telah menyediakan bantuan pengobatan kepada para peternak di Pamekasan yang terindikasi terserang penyakit.Bantuan berupa penyemprotan kandang, baik kandang sapi, unggas ataupun kandang itik. "Kegiatan ini rutin kami lakukan di berbagai wilayah dengan melibatkan secara proaktif semua para peternak hewan di Pamekasan," katanya menambahkan.(T.KR-ZIZ/B/A035/C/A035) 13-06-2011 16:07:37

No comments:

Post a Comment