SEKSI BINA KESEHATAN HEWAN KABUPATEN SAROLANGUN


DENGAN MENINGKATKAN KESEHATAN HEWAN KITA WUJUDKAN " SAROLANGUN EMAS"

Tuesday, June 21, 2011

RABIES DI KABUPATEN SAROLANGUN

RABIES DI KABUPATEN SAROLANGUN

Rabies adalah ancaman nyata bagi Kabupaten Sarolangun……

Sampai Juni 2011 sudah terjadi 5 kasus gigitan anjing tersangka rabies dan dari lima kasus tersebut sebanyak 3 kasus gigitan positif rabies hasil pemeriksaan laboratorium. Sedangkan 2 ksus gigitan negatif rabies hasil observasi. Sedangkan korban gigitan dari 5 kasus tersebut sebanyak 7 orang dengan rincian 4 orang di VAR dan 3 orang pengobatan luka. Sehingga secara ekonomi penyakit rabies sampai bulan Juni 2011 sudah merugikan masyarakat dengan estimasi perhitungan sebagai berikut:
1. Biaya Pengobatan = 7 orang x Rp. 100.000 = Rp. 700.000,
2. Biaya VAR = 3 orang x Rp. 700.000 = Rp. 2.100.000
Total = Rp. 2.800.000
Secara ekonomi memang hanya sebesar Rp. 2.800.000 tetapi disamping itu ada ancaman yang sangat besar yaitu kematian orang yang tergigit. Siap-siap menyaksikan 3 orang meninggal dengan gejala klinis yang menyakitkan dan apabila sudah menunjukan gejala klinis suddah dipastikan orang tersebut akan meninggal,

SEJAUH MANA PEMERINTAH PEDULI TERHADAP MASYARAKATNYA DAPAT DIGAMBARKAN DENGAN SEBERAPA BESAR PERHATIAN TERHADAP PENANGGULANGAN PENYAKIT INI. ……..

Tuesday, June 14, 2011

Berita 14 Juni 2011

INDEX:



1. Seputar Indonesia: ASEAN Berkomitmen Berantas DBD

2. The Jakarta Globe: On Dengue Day, Capital Raises Awareness of Deadly Disease

3. Seputar Indonesia: Pancaroba, Waspadai Tetelo

4. The Jakarta Post: Jakarta losing the fight against dengue fever

5. Analisa: Sejumlah Daerah di Aceh Terserang Flu Burung

6. Waspada: Diduga Flu Burung Puluhan Ayam Mati

7. Antara: Flu Burung Resahkan Warga Kota Banda Aceh

8. Antara: Bali Vaksin 19.493 Anjing Dalam Dua Pekan

9. Antara: Pemkab Segera Cabut KLB Antraks Di Boyolali

10. Antara: Dinas Peternakan: Pamekasan Bebas Penyakit Antrak

***






1. Seputar Indonesia - June 14, 2011


ASEAN Berkomitmen Berantas DBD


Jakarta, Kompas - Eliminasi dan eradikasi demam berdarah dengue membutuhkan kerja sama regional. Hal itu dikemukakan Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih dalam pembukaan ASEAN Dengue Conference yang bertema ”Dengue is Everybody’s Concern, Causing Socio-economic Burden, but it’s Preventable”, Senin (13/6) di Jakarta. ASEAN Dengue Conference merupakan rangkaian kegiatan peluncuran ASEAN Dengue Day pertama.


Endang mengatakan, demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah lama yang dihadapi negara-negara anggota ASEAN. DBD tidak mudah diatasi karena nyamuk pembawa virus dengue tak mudah diberantas.


Sejak 1968 kasus DBD pertama kali ditemukan di Indonesia, jumlah kasus masih banyak, sekitar 140.000 kasus pada tahun 2010. Namun, angka kematian sudah diturunkan sampai di bawah 1 persen.


Pengendalian DBD dikhawatirkan makin penuh tantangan ke depan. Regional Adviser Vector Borne Neglected Tropical Disease Control WHO/SEARO, AP Dash, menyatakan dalam presentasinya, perubahan iklim diduga akan memperbesar masalah DBD walau masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut.


Parasit dan patogen harus melengkapi siklus hidupnya dalam tubuh serangga vektor yang umumnya makhluk berdarah dingin, dalam hal ini nyamuk, dan dipengaruhi kondisi lingkungan.


Peningkatan suhu udara meningkatkan dan mempercepat perkembangan dari telur menjadi nyamuk dewasa. Populasi nyamuk dikhawatirkan bertambah. Perubahan curah hujan juga memengaruhi perkembangbiakan nyamuk. Beban ekonomi dari DBD per tahun diperkirakan 587 juta dollar AS di dunia. Sebagai gambaran, beban DBD di India 29,3 juta dollar AS.


Jejaring negara ASEAN

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama, mengatakan, ASEAN Dengue Conference bertujuan, antara lain, meningkatkan komitmen pemerintah negara-negara anggota ASEAN untuk menanggulangi DBD, membentuk jaringan regional, serta meningkatkan peran serta masyarakat di negara ASEAN.


Forum itu sekaligus menjadi wadah saling tukar pengalaman, kegiatan riset, dan kegiatan penanggulangan DBD. Di akhir konferensi akan dihasilkan Jakarta Call for Action on Combating Dengue yang akan digunakan sebagai dokumen penting penanggulangan DBD di kawasan ASEAN. (INE)





2. The Jakarta Globe - June 13, 2011


On Dengue Day, Capital Raises Awareness of Deadly Disease


The Jakarta administration marked the inaugural Asean Dengue Day on Sunday with a mass meeting to teach the public about ways to prevent the deadly mosquito-borne disease.
The event, held at the National Monument Park (Monas), involved 1,600 community trainers teaching visitors about the various prevention methods.

Ahmad Harjadi, the city deputy for spatial planning and the environment, said it was important for all residents to be involved in tackling the spread of dengue fever in their own communities.

“I need to highlight that all residents must become community trainers in their own homes, neighborhoods and surroundings,” he said, adding that this was necessary in light of the fact that Jakarta ranked second to Bali nationwide in terms of the proportion of the population that had contracted the disease. There were a total of 18,000 reported cases of dengue fever in the capital in 2010, according to the Health Ministry, giving it an incidence rate of 202.4 per 100,000 population. This is significantly higher than the government-set target of 150 per 100,000.

Ahmad said this high incidence rate was part of what had prompted authorities in Southeast Asia to launch an Asean Dengue Day.
According to the WHO, Indonesia accounted for 57 percent of all dengue cases in the region in 2006, including almost 70 percent of deaths from the disease.
Ahmad said the Jakarta administration had since 2004 stressed the need for preventive action by residents, encouraging them to carry out weekly programs to clean out places where mosquitoes bred.

He said this Mosquito Larvae Eradication (PSN) program was meant to put the emphasis on prevention of the disease, as well as get residents to participate in the fight.
The administration says that in the time since the PSN program was launched, cases of dengue have gone down significantly in the city. Between 2007 and 2010, the number of cases dropped from 31,000 to 18,000, while the fatalities from the disease also went down during the same period, from 87 to 33.

Ahmad said the figures so far this year also pointed to a downward trend.
In the first three months of 2011, there have been 2,950 reported dengue cases, an incidence of just 11 per 100,000 people. There have been no recorded deaths this year.
In addition to preventive measures, the administration has also taken steps to prioritize treatment of the disease, including ordering 17 hospitals across the city to provide free third-class rooms to dengue patients.




3. Seputar Indonesia - June 13, 2011


Pancaroba, Waspadai Tetelo


MADIUN – Pergantian musim membuat suhu dan cuaca berubah drastis.Ini perlu di waspadai sebab kondis ini menjadikan wabah tetelo (Newcastle Disease/ND) dan flu burung (Avian Influenza/AI) mudah menyerang ayam yang diternakkan.


Di Kabupaten Madiun,Jawa Timur,sejak Januari hingga awal Juni 2011 tercatat sudah ratusan ekor ayam yang mati terserang tetelo dan flu burung. Seperti yang terjadi pada ratusan ayam pedaging milik Sarno,peternak diDesaMojorayung,Kecamatan Wungu.Pekan lalu,sedikitnya sudah 140 ekor ayam yang mati mendadak.”Badan ayam membiru dan mengeluarkan liur.Menurut penilik Dinas Peternakan, itu katanya gejala flu burung,” kata Sarno,kemarin.

Untuk mengurangi kerugian, peternak terpaksa memanen ayam pedaging lebih dini atau usianya belum ideal untuk dipanen. Idealnya, terangnya, ayam pedaging dipanen pada usia 37-40 hari. Karena takut mati,sambungnya lagi,terpaksa dipanen pada usia 29-30 hari.

Data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Madiun menyebutkan selama Januari hingga awal Juni 2011,tercatat hanya satu kasus flu burung yang terjadi dengan korban sekitar 13 ekor ayam di Desa Kranggan,Kecamatan Geger, Maret lalu. Sedangkan untuk tetelo, tercatat sedikitnya sudah lima kasus kematian ayam dengan jumlah ayam yang mati mencapai 500 ekor.

Kasus itu tersebar di Madiun, Jiwan,Kebonsari, Saradan, dan Pilangkenceng. ”Gejala flu burung dan tetelo memang hampir sama. Jadi harus waspada,” tegas Kepala Bidang Kesehatan Hewan dili eyato _Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Madiun Santoso.




4. The Jakarta Post - June 13, 2011


Jakarta losing the fight against dengue fever


Jakarta remains one of the provinces with the highest rates of dengue fever, prompting the Jakarta administration to call for more public participation to fight the disease.
Deputy governor for spatial planning and the environment Achmad Harjadi warned that Jakarta was still vulnerable to outbreaks of the disease and that preventive measures were not yielding the desired results.

“We are still seeing a lack of participation from Jakartans in dengue prevention campaigns,” Achmad said over the weekend.

Since 2004, the administration has recruited field workers to monitor mosquito larvae populations in neighborhoods across the city. The field workers inform residents of the danger of dengue fever, teach them preventive measures and monitor mosquito breeding grounds.“Each resident should become a monitor for their own family and community,” Achmad said.

Jakarta has the second-largest number of dengue cases in the country after Bali. Jakarta Health Agency head Dien Emmawati said Sunday that there were 18,006 recorded cases of the disease in the city 2010, an incidence rate of 202.4 cases per 100,000 people. She added that 33 people died of the disease last year.

Dien said the figure was far above the national target of 150 cases per 100,000 people, adding that although the prevalence of dengue fever remained high in the city, the number of cases had decreased.
There were 31,000 cases reported in 2007, 23,000 in 2008, 18,000 in 2009 and 3,897 cases as of May this year. Dien said Indonesia reported the highest number of dengue fever cases in the world in 2010.

Health ministers from ASEAN have designated this Wednesday as ASEAN Dengue Day in a bid to raise awareness of the disease before moving to eradicate it.
The health ministers acknowledged that raising awareness was a key strategy in reducing the risk of dengue transmission in the region.

The first Dengue Day will kick off in Indonesia and other ASEAN countries will hold their own dengue eradication campaigns.
An estimated 2.5 billion people are at risk globally of contracting the disease, with 1.8 billion or more than 70 per cent of them, in Asia.

June was chosen to mark the start of dengue eradication campaigns because it was considered the peak month for outbreaks of dengue fever.
Jakarta is also participating in region-wide trials of a new dengue vaccine, which began last week with 800 children receiving shots across the city. The trials are also being held in Thailand, Malaysia and Vietnam.

The vaccine, in development for 25 years, is a project by the medical schools at five universities in Indonesia, Thailand, Vietnam, the Philippines and Malaysia.
Early trial results indicate that the vaccine was safe for humans. If in the next five years the vaccine is found to be safe for humans, it may be distributed for public use.




5. Analisa - June 13, 2011


Sejumlah Daerah di Aceh Terserang Flu Burung


Sejumlah kabupaten/kota di Aceh diserang flu burung. Akibatnya, ratusan ternak unggas mati mendadak dan terpaksa dimusnahkan guna menghindari menyebarnya penyakit yang umumnya menyerang hewan peliharaan jenis unggas ini.


Berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan, Aceh, ada tiga daerah yang sejauh ini telah terdeteksi ditemukannya flu burung, Kota Banda Aceh, Aceh Tamiang dan Aceh Selatan.


Kasus terakhir yang ditemukan terjadi di Banda Aceh. Sebanyak 51 ekor ayam milik warga Kampung Mulia, Kecamatan Kuta Alam, dimusnahkan petugas Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan akibat positif terjangkit virus flu burung.


Menurut petugas pemusnahan dari Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kota Banda Aceh, Zulfadhly, pemusnahan yang yang dilakukan setelah pihaknya melakukan penelitian dengan menggunakan alat uji cepat virus flu burung (rapid test AIV kit).

”Hasil penelitian menunjukkan ternak milik Dwi, warga Kampung Mulia positif terjangkit flu burung,” ujarnya.


Puluhan ayam yang positif terjangkit virus itu dimusnahkan dengan cara disembelih, dibakar dan dikubur. Kasus flu burung di Kampung Mulia merupakan kasus kedua selama 2011 yang ditemukan di ibu kota Provinsi Aceh.


”Sebelumnya tim gerak cepat antisipasi flu burung Kota Banda Aceh juga memusnahkan ratusan ayam potong di Gampong Lhong Cut Kecamatan Banda Raya,” tambahnya.

Dikatakan, untuk mengantisipasi penyebaran virus flu burung, pihaknya terus menyosialisasikan kepada masyarakat untuk segera melaporkan jika mendapati ternak unggas mati mendadak. Tanda-tanda unggas positif flu burung tidak bisa terlihat dari fisiknya. Kadangkala ayam terlihat normal tanpa perubahan pada fisiknya namun tiba-tiba mati.


”Kami berharap warga secepatnya melapor kepada aparat gampong atau kecamatan bila ternak unggasnya mati mendadak agar virusnya tidak menyebar ke tempat lain,” harap Zulfadhly.


Pemilik ayam yang positif terjangkit flu burung, Dwi, mengatakan pada hari pertama seekor ayamnya mati mendadak, hari kedua dan ketiga 12 ekor dan hari berikutnya delapan ekor.


Terjunkan tim

Sehubungan adanya ratusan ayam potong yang mati mendadak di Desa Ujong Tanjong, Kecamatan Manyak Payed, Aceh Tamiang, Dinas Kesehatan Hewan (Keswan) Aceh menerjunkan tim ke lapangan setelah berkoordinasi dengan Dinas Peternakan (Disnak) setempat.


Kepala Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan, Aceh, Murthada Sulaiman, mengungkapkan, pihaknya telah meminta Disnak Aceh Tamiang mencari contoh (sampel) ayam mati itu lebih dulu dan selanjutnya diperiksa sehingga diketahui penyakit yang menyerang ternak itu.


Menurutnya, penyakit ayam yang mati mendadak tidak bisa disimpulkan sebelum diperiksa sampelnya. Lazimnya, ayam mati mendadak jika terkena penyakit ND, Snock (keluar air hidung) atau flu burung yang juga ditandai dengan keluarnya ingus berwarna kuning.

Kasus dugaan flu burung juga terjadi di Aceh Selatan. Dilaporkan, serangan flu burung di kabupaten itu mengakibatkan ratusan unggas dimusnahkan di Tapaktuan, pekan lalu.


Penyebab kematian seratusan ekor burung puyuh dan belasan ekor ayam di peternakan milik Uwo, di Gampong Lhok Ketapang, Kecamatan Tapaktuan akhir Mei lalu itu positif flu burung berdasarkan hasil tes dengan tingkat akurasi mencapai 90 persen lebih.


Flu burung di Tapaktuan telah membunuh hewan ternak milik Uwo di Gampong Lhok Ketapang Tapaktuan dengan rincian puluhan ekor ayam dan ratusan burung puyuh.

Sementara, belasan unggas peliharaan milik warga lainnya di gampong yang sama, setelah diuji ternyata bukan disebabkan flu burung, melainkan penyakit ND.


Hasil uji sama juga muncul di Menggamat, Kecamatan Kluet Tangah, setelah ratusan ratusan ekor ayam dan puluhan ekor lainnya di Gampong Panju Pian dan Gampong Jambu Apa, Kecamatan Tapaktuan mati. (irn)




6. Waspada - June 13, 2011


Diduga Flu Burung Puluhan Ayam Mati


BANDA ACEH - Puluhan ekor ayam milik seorang warga di Gampong Mulia, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh, dilaporkan positif terjangkit flu burung. Sementara ratusan ekor burung puyuh yang diternak seorang warga Hagu Teungoh, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe, dilaporkan mati mendadak.

Penyakit flu burung (avian ifluenza) yang disebabkan virus subtype H5N1 yang dua tahun lalu sempat menghebohkan, diketahui setelah dokter hewan dari Dinas Pertanian Peternakan Perikanan dan Kelautan Banda Aceh melakukan tes cepat (rapid test), Jumat (10/6) sore pada enam ekor ayam milik Dwi (48), warga Gampong Mulia, yang mati mendadak.

“Setelah hasil tes positif flu burung. Esok harinya, Sabtu (11/6) kami mendatangi rumah warga tersebut dan kembali menemukan delapan ekor ayamnya mati. Kami pun melakukan pemusnahan (depopulasi) dengan cara terlebih dulu memotong 30 ekor ayam yang masih hidup dan kemudian membakarnya dalam satu lubang,” kata Staf Peternakan dan anggota Partisipasory Deseas Suvelance of Respons (PDSR), Roni Hidayat.

Setelah memotong, membakar dan menguburkan 30 ekor ayam bersama tempat makan, kotoran, dan sisa makanan, petugas juga melakukan penyemprotan disinfektan pada kadang ayam. Hal ini dilakukan untuk mensterilkan agar flu burung tidak menyebar di lingkungan sekitarnya. “Kita meminta kepada masyarakat agar segera melaporkan jika menemukan ayam, burung, atau itiknya yang mati secara mendadak,” ujarnya.

Drh Roni mengatakan, dalam 2011 ini sudah ditemukan dua kasus flu burung di Kota

Banda Aceh. Satu di Lhong Raya dan satu lagi di Gampong Mulia. Dinasnya sendiri sebelumnya sudah melakukan penyemprotan pada kandang-kandang ayam, itik, dan burung milik warga di Kota Banda Aceh untuk mengantisipasi flu burung mewabah.

“Kita mempunyai program pemberantasan flu burung di Kota Banda Aceh. Salah satunya melakukan penyemprotan. Kita juga memberi dana kompensasi (ganti rugi) kepada warga. Seperti hari ini warga yang ayamnya tadi kita musnahkan sekitar 30 ekor, per ekornya mendapat ganti rugi sebesar Rp 15.000,” ucap drh Roni.

Sementara itu, pemilik ayam, Dwi menuturkan menemukan ayam siam yang dipeliharanya satu ekor mati mendadak. Kemudian esok harinya, Kamis (9/6), enam ekor ayamnya kembali mati, begitu juga pada Jumat (10/6). Akhirnya karena cemas Dwi pun melaporkan hal itu kepada petugas peternakan setempat.





7. Antara - June 13, 2011


Flu Burung Resahkan Warga Kota Banda Aceh


Banda Aceh, 13/4 (Antara) - Penduduk Kota Banda Aceh Resah Dengan Ditemukan Dua Kasus Flu Burung Sepanjang 2011, Dan Warga Mengharapkan Pemerintah Segera Menangani Virus Mematikan Yang Dapat Menular Kepada Manusia Tersebut.

"Saya Membaca Di Media Tentang Flu Burung Yang Ditemukan Di Kampung Mulia Dan Lhong Cut. Virus Itu Sangat Berbahaya Dan Dapat Menular Kepada Manusia," Kata Seorang Warga Beurawe Kecamatan Kuta Alam, Azhar Di Banda Aceh, Senin.
Ia Meminta Pemerintah Kota Banda Aceh Untuk Melakukan Penanganan Agar Virus Flu Burung Tersebut Tidak Menyebar Ke Gampong-Gampong Atau Kecamatan Lainnya.

Keresahan Warga Itu Terjadi Sejak Ditemukannya Kasus Flu Burung Di Rumah Dwi (49) Warga Gampong (Desa) Kampung Mulia Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh Pada 11 Juni 2011.

Sebanyak 50 Lebih Ayam Lokal Milik Warga Itu Terpaksa Dimusnahkan Tim Partisipatory Disease Surveilance And Respons (Pdsr) Kota Banda Aceh Dengan Cara Dibakar Dan Ditanam.

Roni Hidayat, Seorang Anggota Tim Gerak Cepat Untuk Antisipasi Flu Burung Kota Banda Aceh Mengatakan Semua Ayam Milik Warga Itu Posisitif Terjangkit Virus Flu Burung Setelah Diteliti Dengan Menggunakan Alat "Rapid Test Aiv Kit".

Didampingi Anggota Tim Lainnya, Zulfadhly, Dokter Hewan Itu Juga Mengatakan Kasus Flu Burung Di Kampung Mulia Tersebut Merupakan Kasus Kedua Sepanjang 2011.
Sebelumnya Tim Gerak Cepat Antisipasi Flu Burung Kota Banda Aceh Itu Juga Memusnahkan Ratusan Ayam Potong Di Gampong Lhong Cut Kecamatan Banda Raya.

"Dengan Ditemukan Dua Kasus Itu, Banda Aceh Termasuk Daerah Rawan Flu Burung. Kami Berharap Warga Segera Melapor Jika Menemukan Ayam Mati Mendadak," Kata Staf Pada Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kota Banda Aceh Itu.
Menurutnya Daerah Yang Berpeluang Penyebaran Virus Flu Burung Itu Terutama Di Daerah-Daerah Yang Ditemukan Kasus Tersebut.(T.Kr-Irw/B/S019/S019) 13-06-2011 12:28:30





8. Antara - June 14, 2011


Bali Vaksin 19.493 Anjing Dalam Dua Pekan


Denpasar, 13/6 (Antara) - Dinas Peternakan Provinsi Bali Mencatat, Selama Dua Pekan Terakhir, Sekitar 19.493 Anjing Telah Diberi Suntikan Vaksin Antirabies.

"Berdasarkan Laporan Yang Kami Terima, Tercatat Sebanyak 19.493 Ekor Anjing Di Delapan Kabupaten/Kota Telah Diberi Vaksin Antirabies Dalam Kegiatan Vaksinasi Massal Tahap Ii," Kata Kepala Dinas Peternakan Provinsi Bali Putu Sumantra Di Denpasar, Senin.
Ia Mengatakan, Vaksinasi Itu Masih Menyasar Hewan Yang Diduga Menjadi Penyebar

Penyakit Anjing Gila Di Delapan Wilayah Setempat.

Dijelaskan, Pada Pekan Pertama, Vaksinasi Dipusatkan Pada Tiga Kabupaten, Yakni Kabupaten Jembrana, Bangli Dan Klungkung.

"Setelah Di Tiga Kabupaten Tersebut, Memasuki Pertengahan Juni 2011 Dilaksanakan Vaksinasi Di Lima Kabupaten/Kota Lainnya," Ujarnya.

Sumantra Lima Kabupaten/Kota Yang Baru Melaksanakan Vaksinasi Tersebut Adalah Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Buleleng, Karangasem Dan Tabanan. Untuk Kabupaten Gianyar Kemungkinan Akan Dilakukan Vaksinasi Tahap Berikutnya. Dengan Target Di Lima Wilayah Tersebut, Tambah Dia, Minimal 149.000 Ekor Atau 70 Peren Dari Total Estimasi Populasi Hewan Penyebar Rabies Sudah Dilakukan Vaksinasi.

"Perkiraan Kami Populasi Anjing Di Lima Kabupaten/Kota Tersebut Sekitar 212.900 Ekor," Katanya Menjelaskan. Masing-Masing Estimasi Populasi Anjing Di Wilayah Itu Adalah Kabupaten Badung 49.300 Ekor, Buleleng 47.000, Karangasem 53.600, Tabanan 22.000 Ekor Dan Kota Denpasar 41.000.

Menurut Sumantra, Total Estimasi Di Lima Kabupaten/Kota Itu Sekitar 60 Persen Dari Keseluruhan Perkiraan Populasi Anjing Di Pulau Dewata, Yakni Sebanyak 351.000 Ekor.

"Secara Rinci Berdasarkan Hasil Rekapitulasi Kami, Jumlah Vaksinasi Di Delapan Kabupaten/Kota, Terdiri Dari Kota Denpasar 3.415 Ekor, Kabupaten Badung 678 Ekor, Bangli 4.504, Jembrana 5.232, Karangasem 572 Ekor, Tabanan 411 Ekor, Klungkung Sebanyak 4.020 Ekor Dan Buleleng 661 Ekor," Ujarnya.(T.Kr-Igt/C/M026/M026) 13-06-2011 12:21:21





9. Antara - June 14, 2011


Pemkab Segera Cabut KLB Antraks Di Boyolali


Boyolali, 13/6 (Antara) - Pemerintah Kabupaten Boyolali Segera Mencabut Status Kejadian Luar Biasa (Klb) Penyakit Antraks Di Daerah Ini, Karena Sudah Melebih Batas Waktu Dan Tidak Ada Lagi Kasus Penularan Terhadap Manusia.

Kasus Antraks Di Boyolali, Yang Mengakibatkan Ternak Mati Terakhir Terjadi Pada 21 April 2011, Setelah Itu Hingga Sekarang Sudah Tidak Ada Lagi, Kata Kepala Dinas Peternakan Dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali, Dwi Priyatmoko, Di Boyolali, Senin. Menurut Dia, Penemuan Ternak Mati Akibat Antraks Terakhir Pada 21 April 2011, Setelah 14 Hari Selanjutnya Tidak Ada Lagi. Maka, Status Klb Seharusnya Sudah Berlalu Dan Segera Dicabut Oleh Bupati.

Ia Menjelaskan, Kasus Antraks Di Boyolali, Setidaknya Sekitar 47 Ternak Warga Klego Dan Andong Mengalami Kematian. Ternak Mati Banyak Terjadi Di Daerah Andong Atau Berbatasan Dengan Kabupaten Sragen.

Namun, Pihaknya Langsung Melakukan Penanganan Di Lapangan, Seperti Pemberian Vaksin Terhadap Puluhan Ribu Ternak Milik Warga Setempat. Maka, Kasus Antraks Sudah Dinyatakan Berlalu Dari Boyolali.

"Kami Sudah Usulkan Ke Bupati Boyolali, Karena Pencabutan Status Klb Merupakan Kewenangan Kepala Daerah," Katanya.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Boyolali, Yulianto Prabowo Menjelaskan, Penularan Antraks Ke Manusia Pada Warga Dukuh Tangkisan, Desa Karangmojo, Kecamatan Klego, Pada April 2011 Sudah Berlalu.

Karena, Kata Dia, Setelah Kejadian Tersebut Sudah Tidak Ada Lagi Temuan Kasus Penularan Pada Manusia.

Oleh Karena Itu, Pihaknya Sudah Mengusulkan Pencabutan Status Klb Antraks Di Boyolali, Karena Setelah Kejadian Beberapa Waktu Lalu Tidak Ditemukan Lagi. Selain Itu, Kata Dia, Dengan Penetapan Status Klb Tersebut Memberi Keuntungan, Salah Satunya Dapat Meningkatnya Kewaspadaan Pada Sebaran Antraks Di Boyolali."Penetapan Status Klb Itu, Penanganan Akan Lebih Komprehensif," Katanya. Sekretaris Daerah Kabupaten Boyolali Sri Ardiningsih Mengatakan, Pihaknya Membenarkan Sudah Menerima Surat Usulan Agar Status Klb Antraks Di Boyolali Dicabut.

Menurut Dia, Pencabutan Klb Antraks Di Boyolali Tersebut Rencananya Dilakukan Setealh Diadakan Makan Bersama Sop Buntut Sapi. "Hal Itu, Menunjukan Kepada Masyarakat Bahwa Dagang Sapi Asal Daerah Boyolali Aman Dari Antraks," Katanya.(U.B018/B/F002/F002) 13-06-2011 18:21:26





10. Antara - June 14, 2011


Dinas Peternakan: Pamekasan Bebas Penyakit Antrak


Pamekasan, 13/6 (ANTARA) - Dinas Peternakan Pamekasan, Madura, Jawa Timur memastikan wilayah itu bebas dari serangan penyakit antrak.

"Kami tidak menemukan adanya sapi yang terserang penyakit antrak di Pamekasan ini, dan juga tidak ada laporan tentang jenis penyakit itu," kata Sekretaris Dinas Peternakan Pamekasan Djoko Mulyo Utomo, Senin.

Ia menyatakan, pihaknya telah melakukan pemantauan di 13 kecamatan di wilayah itu dengan melibatkan semua penyuluh peternakan yang ada di Pamekasan. Kendatipun demikian, sambung Djoko, pihaknya akan tetap meningkatkan pengawasan terkait kemungkinan peredaran jenis penyakit sapi itu. Salah satunya, intensif melakukan penyuluhan kepada semua peternak sapi yang tersebar di 13 kecamatan di wilayah itu.

"Ini salah satu upaya yang kami lakukan," kata Djoko Mulyo Utomo menjelaskan.
Menurut dia, adanya penyakit antrak di sejumlah daerah di Indonesia beberapa waktu lalu memang sempat mengkhawatirkan kalangan peternak sapi di Pamekasan. Bahkan, harga jual sapi sempat turun dalam kurun waktu enam bulan terakhir ini, meskipun turunnya harga sapi itu bukan satu-satunya penyebab dari penyebaran penyakit antrak di sejumlah daerah tersebut.

"Faktor lain, karena masyarakat sendiri kini banyak yang menjual sapinya untuk dijadikan modal tanam tembakau," katanya menjelaskan.

Djoko Mulyo Utomo lebih lanjut menjelaskan, pihaknya kini telah menyediakan bantuan pengobatan kepada para peternak di Pamekasan yang terindikasi terserang penyakit.Bantuan berupa penyemprotan kandang, baik kandang sapi, unggas ataupun kandang itik. "Kegiatan ini rutin kami lakukan di berbagai wilayah dengan melibatkan secara proaktif semua para peternak hewan di Pamekasan," katanya menambahkan.(T.KR-ZIZ/B/A035/C/A035) 13-06-2011 16:07:37

berita 13 Juni 2011

INDEX:



1. Kompas: 70 Persen Daerah Kantong DBD

2. Kompas: Ribuan Ayam Diserang Tetelo

3. Seputar Indonesia: RPH Harus Diawasi Ketat

4. Media Indonesia: Indonesia Rawan Wabah Demam Berdarah

5. Kompas.Com: Kasus DBD, Jakarta Nomor Dua

6. Serambi: Puluhan Ekor Ayam Terjangkit Flu Burung

7. Serambi: Distannakkan Aceh Tengah Musnahkan Anjing Liar

8. Antara: Puluhan Ayam Di Kabupaten Maros Mati Mendadak

9. Antara: Rumah Sakit Murjani Sampit Siaga Flu Burung

10. Antara :Puluhan Ayam Terjangkit Flu Burung Dimusnahkan

11. Antara: Dua Warga Sumbar Meninggal Dunia Akibat Rabies

12. Media Indonesia: Sleman Waspada Malaria

13. Koran Tempo: Jumlah Korban Meninggal Meningkat

14. Suara Merdeka; Lagi, Malaria Serang Warga Menoreh

15. Suara Merdeka: Kuburan Ternak Diplester

16. Antara: Ayam Mati Di Kotawaringin Positif Flu Burung

17. Antara: Sensus Hewan Di Kolaka Mencapai 80 Persen

18. Antara: Dinkes Sleman Anggarkan Rp1 Miliar Antisipasi Malaria

***





1. Kompas - June 13, 2011


70 Persen Daerah Kantong DBD


Jakarta, Kompas - Sekitar 70 persen kabupaten dan kota di Indonesia merupakan daerah endemik demam berdarah dengue. Provinsi Jakarta dan Bali menjadi penyumbang terbesar kasus DBD.


Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Kementerian Kesehatan Rita Kusriastuti mengungkapkan, demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah besar kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit tersebut belum ada obat dan vaksinnya.



”Vaksin masih dalam tahap uji coba. Hasilnya diperkirakan baru akan terlihat dua hingga empat tahun lagi,” kata Rita dalam acara kampanye ”Ayo Stop DBD” di Lapangan Monas, Minggu (12/6).


Kasus DBD mencapai sekitar 140.000 kasus di Indonesia pada tahun 2010. Hingga Mei 2011 tercatat ada sekitar 30.000 kasus DBD. Indonesia merupakan penyumbang sekitar 15 persen kasus DBD dunia.


”Kasus DBD terus meningkat. Pada awal kemunculan DBD tahun 1968, hanya ada sekitar 50 kasus. Tahun 1988, jumlah kasus mencapai puluhan ribu dan sejak tahun 2000 jumlah kasus mulai di atas 100.000 kasus,” katanya.


Bali dan Jakarta

Sekitar 80 persen penduduk Indonesia berada di daerah yang berisiko tertular DBD, seperti DKI Jakarta.


Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Tata Ruang Ahmad Haryadi mengatakan, berdasarkan incidence rate secara nasional, Provinsi DKI Jakarta berada di peringkat kedua setelah Provinsi Bali. Incidence rate DBD di DKI Jakarta sebesar 202,4 per 100.000 penduduk atau jauh dari target, yakni kurang dari 150 per 100.000 penduduk. Namun dilihat dari jumlah kasus, DKI Jakarta lebih tinggi. Pada tahun 2010, jumlah kasus di DKI Jakarta mencapai 18.006 dan kasus ditemukan hampir di seluruh wilayah.


”Karena DBD di sebabkan oleh nyamuk, pemberantasan DBD mau tidak mau bertumpu pada peran serta masyarakat. Semakin tidak menentunya keadaan cuaca mempersulit prediksi lonjakan kasus. Salah satu upaya terpenting ialah pencegahan,” kata Ahmad.


Basmi jentik

Rita mengatakan, penanganan DBD difokuskan pada upaya promotif dan preventif. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan penanganan mulai dari jentik, bukan dari nyamuk. Untuk itu, peran juru pemantau jentik (jumantik) menjadi sangat penting.


Ahmad mengatakan, adanya jumantik dan peran keluarga diharapkan kasus DBD di DKI Jakarta menurun. Saat ini terdapat 31.400 jumantik di DKI Jakarta. (INE)




2 Kompas - June 13, 2011


Ribuan Ayam Diserang Tetelo


MADIUN — Ribuan ayam di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, diserang new castle disease atau yang dikenal juga dengan sebutan penyakit tetelo. Akibatnya, ratusan ayam mati dan ribuan ayam lain lemas. Kalangan peternak mengaku merugi hingga miliaran rupiah.


Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Madiun menyebutkan total ayam mati yang dilaporkan mencapai 500 ekor. Itu belum termasuk kasus ayam mati 200 ekor baru-baru ini di Desa Mojorayung. Jumlah ayam yang sakit mencapai ribuan ekor dari 1,8 juta ekor populasi ayam jawa, 170.000 ekor ayam petelur, dan 400.000 ekor ayam potong. ”Badan ayam saya langsung membiru dan mengeluarkan liur.


Gejalanya mirip sekali dengan flu burung sehingga saya langsung lapor ke dinas,” kata Sarno, peternak di Desa Mojorayung, Kecamatan Wungu, Minggu (12/6). (NIK)




3. Seputar Indonesia - June 13, 2011


RPH Harus Diawasi Ketat


BANDUNG – Proses pemotongan sapi di rumah pemotongan hewan (RPH) harus diawasi ketat. Tujuannya agar penyembelihan sapi sesuai dengan kaidah kesehatan.

Langkah ini dinilai perlu diambil menyusul munculnya polemik tentang kekejaman terhadap sapi ternak di RPH di Indonesia yang ditayangkan Stasiun Televisi ABC. Hal itu pula yang memincu Australia menghentikan ekspor ke Indonesia. Diketahui, berbagai kalangan di negara kangguru itu menegaskan semestinya sapi dipingsankan atau stunning sebelum dipotong.

Menurut Wakil Direktur Bidang Teknis Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obaran dan Kosmetikan (LPPOM) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jabar, Ferika Aryani, akhir pekan lalu, pemotongan sapi dengan teknik stunning,perlu standar ketat pada proses pelaksanaannya. Seperti teknik pemingsanan melalui metode dipukul atau bius. “Teknik pemingsanan boleh dilakukan selama memenuhi standar.

Karena, sedikit saja melakukan kesalahan fatal, akan berakibat sapi tidak boleh di konsumsi. Misalnya, pemingsanan dengan dipukul. Ternyata, teknik tersebut terlalu keras dan mengakibatkan sapi mati sebelum di potong. Begitupun menggunakan obat bius. Kadarnya harus sesuai ukuran tertentu,”kata Ferika.

Dia menegaskan, pemotongan sapi melalui embelih dianggap MUI lebih afdol dan diterima masyarakat ketimbang dipingsankan. Meskipun,MUI mengkritisi cara sejumlah RPH pada pra pemotongan. Perlakukan kasar dan tidak manusiawi pada sapi tidak boleh dilakukan RPH.Bahkan,sejumlah RPH yang telah mendapat label halal MUI selalu ditekankan untuk memberlakukan sapi sebaik mungkin sebelum di potong.

“Saya kira, teknik penyembelihan sapi pada sebagian besar RPH dengan teknik konvensional tidak ada masalah. Tinggal bagaimana mereka memperlakukan sapi sebaik mungkin sebelum sapi tersebut di sembelih,”tegasnya. Apabuila Indonesia menerapkan sistem pemotongan sapi dengan teknik stunning, perlu ada regulasi dan pengawasan ketat terhadap RPH. Jangan sampai konsumen dirugika, akibat kesalahan teknik itu.

Terlebih jika pemingsanan mengakibatkan sapi mati sebelum di sembelih. Soal teknik sembelih atau pemingsanan, sebuah situs Talazoft.blog.usu.ac.id mempublikasikan sebuah hasil penelitian yang dilakukan dua staf ahli peternakan dari Hannover University, Jerman
Prof.Dr.Schultz dan Dr.Hazim. Penelitian tersebut mengungkap cara ang lebih baik dan paling tidak sakit, penyembelihan tanpa stunning atau penyembelihan melalui stunning.

Penelitian dengan menggunakan teknologi canggih terhadap sejumlah sapi menghasilkan kesimpulan sapi yang di sembelih dengan cara stunning ternyata lebih sakit ketimbang disembelih konvensional. Dengan stunning,ada reaksi berlebihan pascapenyembelihan. Sedangkan sembelih konvensional,tidak ditemukan reaksi sakit atau No feeling of pain at all (tidak ada rasa sakit sama sekali).
Bahkan ditemukan adanya tidur berlahan Gerak aktif pada sapi yang dipotong konvensional dianggap sebagai reaksi pompa darah dari jantung melalui saluran yang terpotong. Hasilnya,daging dari hasil sembelih sesuai dengan prinsip Good Manufacturing Practise (GMP)yang menghasilkan Healthy Food. Kabid Keswan dan Kesmavet Dinas Peternakan Provinsi Jabar t Tine mengatakan, di Jabar terdapat sekitar 24 RPH milik pemerintah dan 5 RPH milik swasta.

Dari jumlah tesebut, sebagian RPH masih menggukan teknik sembelih tanpa stunning. Sedangkan sebagian lagi menggunakan teknik itu. “Ada beberapa RPH swasta yang menggunakan teknik pemingsanan lalu di sembelih. Tapi itupun dibawah pengawasan ketat MUI.Karena akan sangat rentan terhadap diterima atau tidaknya daging untuk di konsumsi masyarakat,” kata Tine.

Sebagaimana diketahui,pada tahun 2010 kebutuhan daging sapi masyarakat Jabar mencapai 120.553 ton atau mencapai 750.640 ekor sapi. Namun daging sapi yang terpenuhi baru mencapao 82.208 ton atau sekitar 473.643 ekor sapi per tahun. Selama tahun 2010, Jawa Barat mengandalkan sapi impor dari Australia sebanyak 128.224 ekor sapi atau menguasai 38,14% dari arif budianto _jumlah sapi yang dipotong.




4. Media Indonesia - June 13, 2011


Indonesia Rawan Wabah Demam Berdarah


JAKARTA--MICOM: Indonesia termasuk dalam negara-negara yang beresiko tinggi terhadap terjadinya wabah penyakit demam berdarah dengue (DBD). Setiap tahun rata-rata terdapat 160 ribu kasus baru DBD di Tanah Air. Jumlah tersebut merupakan 20% dari total kejadian DBD baru di dunia.

"DBD masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan berpengaruh pada tingginya tingkat kesakitan dan kematian. Sampai saat ini belum ditemukan vaksin atau obat anti-DBD,” ujar Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Kemenkes, Rita Kusriastuti, dalam sambutnya pada acara Peringatan Hari DBD International, yang mengambil tema, Kampanye Ayo Stop DBD di Jakarta, Minggu (12/6).

Survei yang dilakukan Kemenkes pada 2010 menunjukan, sebagian besar (70%) kabupaten/kota di Indonesia merupakan daerah endemis DBD, dengan 80% penduduk Indonesia tinggal di wilayah endemis tersebut. Dari situ bisa disimpulkan bahwa sebagian besar rakyat Indonesia sejatinya mudah terancam terkena demam berdarah.

Lebih jauh dijelaskan, berdasarkan rata-rata terjadinya insiden (incidence rate-IR) kejadian DBD secara nasional, yang terbanyak terjadi di Bali, disusul kemudian oleh DKI Jakarta.
Rita menjelaskan, hampir di seluruh wilayah DKI sudah endemis DBD. Fakta ini tentunya wajib menjadi perhatian bersama, mengingat bahwa Jakarta merupakan ibu kota negara yang merupakan pintu gerbang negara Indonesia yang menentukan keluar dan masuknya penyakit DBD. (Tlc/OL-2)




5. Kompas.Com - June 12, 2011


Kasus DBD, Jakarta Nomor Dua


JAKARTA, KOMPAS.com – Provinsi DKI Jakarta ternyata menjadi penyumbang kedua terbesar kasus demam berdarah dengue secara nasional. Berdasarkan angka kejadian, Jakarta berada di bawah Provinsi Bali yang berada di urutan pertama. Data ini disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dien Herawati kepada wartawan di Parkir Timur Monumen Nasional, Minggu (12/6/2011) pagi.


"Jakarta menjadi penyumbang kedua terbesar kasus DBD. Sementara Indonesia sendiri berada di urutan pertama secara internasional," ungkap Dien.

Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2010 menunjukkan, jumlah kasus DBD di DKI sebesar 18.006 kasus, dengan tingkat kejadian rata-rata (incidence rate/IR) sebesar 202,4 per 100.000 penduduk. Angka tersebut jauh di atas target nasional, yaitu 150 per 100.000 penduduk.


Menyadari tingginya ancaman jenis penyakit ini, Dien menilai sudah sepatutnya pemerintah

bekerja sama dengan seluruh elemen masyarakat menggalakkan kampanye DBD. "DBD merupakan ancaman karena risiko kematiannya cukup tinggi. Karena itu, kita mengajak masyarakat untuk melakukan kampanye sadar dan peduli DBD," tutur Dien.


Upaya awal Pemprov DKI dimulai dengan melakukan kegiatan kampanye yang melibatkan warga DKI dari berbagai wilayah. Kampanye yang bertepatan dengan peringatan Hari DBD Internasional ini dilangsungkan di Parkir Timur Monas. Acara ini juga dihadiri oleh Gubernur DKI Fauzi Bowo, pejabat Kementerian Kesehatan, beserta sejumlah jajaran pimpinan provinsi DKI.


Kegiatan diawali dengan aerobik bersama yang melibatkan para juru pemantau jentik (jumantik) dan perwakilan warga se-DKI Jakarta. Kemudian, acara yang dipandu oleh Krishna Mukti tersebut dilanjutkan dengan acara kampanye yang diawali dengan sambutan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dien Herawati.



6. Serambi - June 12, 2011


Puluhan Ekor Ayam Terjangkit Flu Burung


Puluhan ekor ayam milik seorang warga di Gampong Mulia, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh, dilaporkan positif terjangkit flu burung. Sementara ratusan ekor burung puyuh yang diternak seorang warga Hagu Teungoh, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe, dilaporkan mati mendadak.Penyakit flu burung (avian ifluenza) yang disebabkan virus subtype H5N1 yang dua tahun lalu sempat menghebohkan, diketahui setelah dokter hewan dari Dinas Pertanian Peternakan Perikanan dan Kelautan Banda Aceh melakukan tes cepat (Rapid Test), Jumat (10/6) sore pada enam ekor ayam milik Dwi (48), warga Gampong Mulia, yang mati mendadak

“Setelah hasil tes positif flu burung. Esok harinya, Sabtu (11/6) kami mendatangi rumah warga tersebut dan kembali menemukan delapan ekor ayamnya mati. Kami pun melakukan pemusnahan (depopulasi) dengan cara terlebih dulu memotong 30 ekor ayam yang masih hidup dan kemudian membakarnya dalam satu lubang,” kata Staf Peternakan dan anggota artisipasory Deseas Suvelance of Respons (PDSR), drh Roni Hidayat.

Setelah memotong, membakar dan menguburkan 30 ekor ayam bersama tempat makan, kotoran, dan sisa makanan, petugas juga melakukan penyemprotan disinfektan pada kadang ayam. Hal ini dilakukan untuk mensterilkan agar flu burung tidak menyebar di lingkungan sekitarnya. “Kita meminta kepada masyarakat agar segera melaporkan jika menemukan ayam, burung, atau itiknya yang mati secara mendadak,” ujarnya.

Drh Roni mengatakan, dalam 2011 ini sudah ditemukan dua kasus flu burung di Kota Banda Aceh. Satu di Lhong Raya dan satu lagi di Gampong Mulia. Dinasnya sendiri sebelumnya sudah melakukan penyemprotan pada kandang-kandang ayam, itik, dan burung milik warga di Kota Banda Aceh untuk mengantisipasi flu burung mewabah.
“Kita mempunyai program pemberantasan flu burung di Kota Banda Aceh. Salah satunya melakukan penyemprotan. Kita juga memberi dana kompensasi (ganti rugi) kepada warga.

Seperti hari ini warga yang ayamnya tadi kita musnahkan sekitar 30 ekor, per ekornya mendapat ganti rugi sebesar Rp 15.000,” ucap drh Roni.

Sementara itu, pemilik ayam, Dwi menuturkan kepada Serambi, Rabu (8/6) pagi, dia menemukan ayam siam yang dipeliharanya satu ekor mati mendadak. Kemudian esok harinya, Kamis (9/6), enam ekor ayamnya kembali mati, begitu juga pada Jumat (10/6). Akhirnya karena cemas Dwi pun melaporkan hal itu kepada petugas peternakan setempat.


Mati mendadak

Sebanyak 700 ekor induk puyuh mati mendadak di Desa Hagu Tengeuh, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe. Ratusan ekor puyuh itu diduga terkena penyakit taeun (tetelo).


Pemilik peternakan puyuh tersebut, Juwaidi Ilyas, kepada Serambi, Sabtu (11/6) menyebutkan, awalnya hanya satu dan dua ekor puyuh yang mati. Kemudian, setiap hari ada puyuh yang mati. Terakhir, Jumat (10/6) puyuh sudah mati semua.


“Saya juga sudah laporkan persoalan itu ke Dinas Peternakan Lhokseumawe. Mereka langsung turun ke lokasi dan memusnahkan puyuh yang mati dengan cara dibakar, serta kandangnya diseprot agar tak menular ke ayam atau puyuh warga lainnya,” sebut Juwaidi.Ditambahkan, penyemprotan kandang telah dilakukan oleh drh Nurwahidi, dari Dinas Peternakan Lhokseumawe.


“Semoga, dengan telah diseterilkannya kandang, penyakit tetelo itu bisa hilang, dan kami bisa memulai usaha kami kembali,” ujar Juwaidi Ilyas.Juwaidi menyebutkan, akibat kejadian itu, dirinya tidak bisa memenuhi pasokan bibit puyuh untuk Sukabumi, Jawa Barat. “Puyuh itu bibit unggul. Kami memasok bibit puyuh untuk Sukabumi, Jawa Barat. Karena kejadian ini, kami rugi puluhan juta,” pungkas Juwaidi. (c47/c46/c37)




7. Serambi - June 12, 201


Distannakkan Aceh Tengah Musnahkan Anjing Liar


TAKENGON - Guna memutuskan mata rantai penyebaran penyakit rabies di Aceh Tengah, Dinas Peternakan dan Perikanan (Distannakkan) akan memusnahkan (eliminasi) anjing-anjing liar. Pemusnahan itu akan dilakukan pada malam hari, dengan mendatangi kawasan-kawasan penyebaran anjing liar di Kota Takengon dan kecamatan lain yang terindikasi adanya kasus gigitan anjing liar. Pemusnahan anjing liar itu dilakukan secara musiman, bila ditemukan peningkatan kasus gigitan anjing di tengah-tengah masyarakat.

Kepala Distannakkan Aceh Tengah, Ir Absardi MM, Sabtu (11/6) mengatakan, petugas akan melakukan eliminasi anjing-anjing liar yang berkeliaran di Kota Takengon dan kawasan-kawasan sering ditemukan anjing liar. Petugas akan memantau anjing-anjing liar pada malam hari diantaranya di kawasan Pasar Ikan Kampung Baru, Pasar Inpres, Lapangan Musara Alun dan Jalan Sengeda untuk mencari anjing-anjing liar yang berkeliaran di kawasan tersebut.

Bila ditemukan anjing liar, katanya, akan diberikan racun. Sementara anjing yang dirawat secara baik pada rumah penduduk tidak menjadi target pemusnahan, apalagi anjing-anjing tersebut sering diberikan obat-obatan dan vaksin anti rabies. Secara medis, katanya, seekor anjing yang sudah terkena penyakit anjing gila, cenderung berprilaku agresif dan menyerang hingga melukai anjing-anjing lain yang masih sehat sehingga penyakit rabies terinfeksi ke anjing yang diserang itu.

Akibatnya, jumlah populasi anjing gila dari hari ke hari semakin meningkat. “Guna memutuskan mata rantai itu, maka anjing-anjing liar akan dimusnahkan, sehingga jumlah anjing gila tidak terus bertambah,” ujar Absardi. Sepanjang Januari-Juni 2011, katanya, dua warga poistif terinfeksi penyakit rabies, yakni seorang warga Kecamatan Bies dan seorang lagi warga Kecamatan Kute Panang.

Diketahuinya penyakit itu, katanya, saat sample (contoh) otak anjing yang menggigit pasien dikirim ke laboratorium Penelitian Penyakit Hewan di Medan Sumatera Utara, dan setelah tiga hari, hasil penelitian otak anjing itu terdapat penyakit rabies. Hasil penelitian laoratorium penyakit hewan itu juga dikirim ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Datu Beru Takengon sebagai penduan pengobatan pasien yang sedang dirawat. “Bila cepat diberikan tindakan meds, penyakit rabies dapat disembuhkan,” ujar Ir Absardi MM.

Kepada masyarakat pemilik anjing diimbau untuk memberikan vaksin anti rabies bagi anjing-anjing peliharaannya, sehingga anjing tersebut terhindar dari penyakit anjing gila. Anjing-anjing peliharaan dapat dibawa ke Kantor Distannakkan Aceh Tengah atau memanggil petugas dari Distannakkan ke rumah warga. Tahun 2010, katanya, lima orang warga positif terjangkiti Rabies karena digigit oleh anjing gila yang positif mengindap rabies.(min)




8. Antara - June 12, 2011


Puluhan Ayam Di Kabupaten Maros Mati Mendadak


Maros, 12/6 (Antaara) - Sedikitnya 50 Ekor Ayam Di Kecamatan Lau, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan Mati Mendadak Dalam Beberapa Hari Terakhir Tanpa Diawali Gejala Penyakit.

"Warga Yang Memelihara Ayam Di Kelurahan Allepolea, Kecamatan Lau, Minimal Harus Kehilangan Lima Ekor Ayam Per Rumah Tangga," Kata Subaedah Warga Allepolea, Kecamatan Lau, Kabupaten Maros, Minggu.

Dia Mengatakan, Baik Ayam Kampung, Maupun Jenis Ayam Bangkok Dan Ayam Etawa Yang Gemar Diternak Oleh Sebagian Warga, Rata-Rata Tidak Memiliki Gejala Penyakit, Misalnya Influenza Atau Paruhnya Berlendir.

Menurut Dia, Kondisi Serupa Pernah Dialami Peternak Ayam Di Kassi, Kelurahan Pettuadae Kecamatan Turikale, Maros Pada April 2011.
"Tapi Untuk Kejadian Yang Terjadi Di Kecamatan Kami, Belum Ada Tindakan Dari Dinas Terkait," Katanya.
Hal Senada Dikemukakan Warga Kecamatan Lau Lainnya, Wahidong.
Dia Mengatakan, Belum Adanya Tindakan Dari Pihak Terkait Mungkin Disebabkan, Karena Belum Ada Laporan Dari Warga Yang Ternaknya Mati Secara Tiba-Tiba.
"Warga Enggan Melapor, Karena Khawatir Ayamnya Yang Masih Hidup Akan Dimusnahkan Oleh Petugas Peternakan," Katanya.

Sementara Itu, Pada Kasus Kematian Ayam Yang Secara Tiba-Tiba Periode April 2011, Pihak Dinas Perikanan, Kelautan Dan Peternakan Kabupaten Maros Telah Melalukan Depopulasi Atau Pengurangan Ternak Ayam Untuk Menekan Terjadinya Kasus Flu Burung

Menurut Koordinator Tim Lapangan Dinas Perikanan, Kelautan Dan Peternakan Kabuparen Maros Drh Ujistiany Abidin, Pemusnahan Yang Dilakukan Di Kassi Tersebut Dilakukan Setelah Mendapat Laporan Dari Petugas Lapangan.
Hal Serupa Juga Akan Dilakukan Pada Wilayah Lainnya Untuk Mengantisipasi Penyebaran Virus H5n1 Atau Flu Burung.
(T.S036/B/M027/M027) 12-06-2011 20:03:42




9. Antara - June 12, 2011


Rumah Sakit Murjani Sampit Siaga Flu Burung


Sampit, Kalteng, 12/6 (Antara) - Rumah Sakit Umum Daerah (Rsud) Dr Murjani Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Menyiagakan Tim Dokter Untuk Penanganan Pasien Yang Terjangkit Virus Flu Burung (H5n1).

"Ruang Isolasi, Peralatan, Dokter Spesialis, Dokter Umum Dan Perawat Yang Ada Di Rsud Dr Murjani Sampit Telah Kami Siagakan," Kata Direktur Rsud Dr Murjani Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Ratna Yuniarti, Di Sampit, Minggu.
Untuk Ruang Isolasi Dan Peralatan Akan Menggunakan Stok Lama Karena Masih Bagus Dan Layak Pakai.

Sedangkan Untuk Obat Tamiflu, Rsud Dr Murjani Sampit Saat Ini Sedang Kehabisan Stok Atau Sedang Kosong Karena Stok Obat Yang Lama Sudah Kedaluwarsa Dan Tidak Dapat Dipergunakan Lagi.
"Kekosongan Stok Obat Tamiflu Tersebut Dua Pekan Lalu Telah Kami Laporkan Ke Kementerian Kesehatan Dan Kami Juga Sudah Meminta Pasokan Obat Yang Baru, Namun
Permintaan Kami Itu Hingga Saat Ini Masih Belum Diberikan," Katanya.

Apabila Dalam Waktu Dekat Ini Pasokan Obat Tamiflu Dari Kementerian Kesehatan Tidak Kunjung Datang Maka Pihak Rsud Dr Murjani Sampit Akan Meminta Ke Pemerintah Provinsi Kalteng.

Rumah Sakit Dr Murjani Sampit Merupakan Salah Satu Rumah Sakit Di Kalteng Yang Ditunjuk Menangani Pasien Rujukan Yang Terjangkit Virus Flu Burung.
Disiagakannya Tim Dokter Dan Perawat Tersebut Menyusul Ayam Yang Ditemukan Mati Secara Mendadak Di Kelurahan Sawahan, Kecamatan Mentaya Baru Ketapang,
Kabupaten Kotawaringin Timur Telah Dinyatakan Positif Terjangkit Virus Flu Burung.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Timur, Yuendri Irawanto Mengatakan, Pihaknya Juga Telah Menyiagakan Seluruh Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).

Selain Puskesmas Masyarakat Juga Diminta Untuk Selalu Waspada Dan Berhati-Hati Dengn Flu Burung Karena Virus Tersebut Dapat Menular Kemanusiaan Dan Bisa Menyebabkan Kematian.

Gejala Yang Dialami Oleh Orang Yang Terinfeksi Virus Flu Burung Memang Mirip Dengan Penyakit Flu Biasa, Yakni Batuk, Pilek, Demam, Pusing, Rasa Lemah, Ngilu-Ngilu Yang Terjadi Selama Satu Hingga Dua Minggu.

Selain Memberikan Instruksi Kepada Puskesmas Untuk Waspada Terhadap Pasien Yang Berobat, Dinas Kesehatan Kotawaringin Timur Juga Melakukan Pengecekan Terhadap Kesediaan Stok Obat Tamiflu.
"Persediaan Obat Tamiflu Di Seluruh Puskesmas Masih Mencukupi Dan Bisa Dipergunakan, Jumlahnya Ada Sebanyak 900 Botol," Katanya.(T.Kr-Gr/B/N005/N005) 12-06-2011 15:16:08




10. Antara - June 11, 2011


Puluhan Ayam Terjangkit Flu Burung Dimusnahkan


Banda Aceh, 11/6 (Antara) - Sebanyak 51 Ekor Ayam Milik Warga Di Gampong (Desa) Kampung Mulia, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, Dimusnahkan Petugas Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Akibat Positif Terjangkit Virus Flu Burung.
Zulfadhly, Petugas Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kota Banda Aceh Sabtu Mengatakan Seluruh Ternak Ayam Milik Warga Itu Telah Diteliti Dengan Menggunakan Alat Rapid Test Aiv Kit Yang Hasilnya Menunjukan Positif Terjangkit Flu Burung.

"Ada 51 Ekor Lebih Ayam Yang Telah Dimusnahkan Akibat Terjangkit Virus Flu Burung Di Kampung Mulia," Kata Petugas Dari Tim Gerak Cepat Antisipasi Flu Burung Kota Banda Aceh Itu.

Puluhan Ayam Yang Positif Terjangkit Virus Flu Burung Itu Dimusnahkan Dengan Cara Disembelih Dan Membakar Serta Dikuburkan.
Kasus Flu Burung Di Kampung Mulia Tersebut Merupakan Kasus Ke Dua Selama 2011, Sebelumnya Tim Gerak Cepat Antisipasi Flu Burung Kota Banda Aceh Itu Juga Memusnahkan Ratusan Ayam Potong Di Gampong Lhong Cut Kecamatan Banda Raya.
Menurutnya, Untuk Mengantisipasi Penyebaran Virus Flu Burung, Pihaknya Juga Terus Menyosialisasikan Kepada Masyarakat Untuk Segera Melaporkan Apabila Ada Ternak Unggas Yang Mati Mendadak.

Tanda-Tanda Unggas Positif Flu Burung Bisa Terlihat Dari Kondisi Fisik Unggas, Kadang-Kadang Ayam Terlihat Biasa Saja Tidak Ada Perubahan Pada Fisik Namun Tiba-Tiba Mati Secara Mendadak.

"Kami Berharap Warga Secepatnya Melapor Kepada Aparat Gampong Atau Kecamatan Apabila Ternak Unggasnya Mati Mendadak Agar Virusnya Tidak Menyebar Ke Tempat Lain," Kata Zulfadhly.

Dwi, Pemilik Ayam Yang Positif Terjangkit Virus Flu Burung Itu Mengatakan Pada Hari Pertama Seekor Ayamnya Mati Mendadak, Selanjutnya Pada Hari Kedua Dan Ketiga 12 Ekor Dan Hari Ketiga Delapan Ekor Lainnya Juga Mati.
(T.Kr-Irw/B/H011/H011) 11-06-2011 14:14:17




11. Antara - June 11, 2011


Dua Warga Sumbar Meninggal Dunia Akibat Rabies


Padang, 11/6 (Antara) - Dua Warga Sumatera Barat Yang Dirawat Di Rsup M Jamil Padang Akibat Rabies Atau Penyakit Anjing Gila Akhirnya Meninggal Dunia.
"Selama Enam Bulan Pada Tahun 2011, Dua Orang Warga Kota Padang Yang Meninggal Dunia Akibat Gigitan Anjing Gila," Kata Humas Rsup M Jamil Padang Gustavianof Di Padang, Sabtu.

Menurutnya, Berdasarkan Data Rsup M Jamil, Dua Orang Yang Meninggal Dunia Itu, Satu Dari Kota Padang, Yakni M (23), Warga Kelurahan Bungus Selatan, Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kota Padang. Warga Lainnya Adalah Ss, (5), Warga Koto Talang Kabupaten Solok.

Dia Menambahkan, Sementara Itu Selama Tahun 2010, Data Rsup M Jamil Padang, Terctat 10 Orang Pasien Meninggal Dunia Akibat Terkena Gigitan Anjing Gila.
"Pasien Terkena Gigitan Anjing Gila Berusia Anak-Anak Serta Dewasa Yang Menjalani Perawatan Di Rumah Sakit," Katanya Dia Mengatakan, Stok Vaksin Antirabies Di Rumah Sakit Masih Tersedia Untuk Mengobati Pasien Yang Akan Menjalani Perawatan Akibat Terkena Gigitan Anjing Gila.

"Vaksi Antirabies (Var) Di Rumah Sakit Masih Tersedia Untuk Mencegah Masyarakat Terkena Penyakit Karena Gigitan Anjing Gila," Katanya.
Ia Mengingatkan, Jika Warga Digigit Anjing Gila Agar Segera Dibawa Ke Puskesemas Maupun Rumah Sakit Terdekat Untuk Diberikan Suntikan Var.
Warga Yang Terkena Gigitan Anjing Gila Tidak Boleh Menunggu Selama Berhari-Hari Untuk Mencegah Kondisi Mereka Semakin Memburuk Hingga Berakibat Pada Kematian.

Dia Menambahkan, Jika Penyakit Rabies Tak Ditangani Dengan Baik, Penderita Bisa Meninggal Dunia. Bahkan, Penderita Akan Tersiksa Selama Beberapa Minggu Usai Digigit Anjing. Luka Terbuka Yang Dijilat Anjing Juga Bisa Seseorang Tertular Rabies.

Seseorang Yang Digigit Anjing Dan Terjangkit Rabies, Akan Mengalami Mual Dan Tenggorokan Sakit. Rasa Itu Akan Semakin Parah Seiring Berjalannya Waktu. "Penderita Akan Tersiksa, Hingga Kemudian Meninggal Dunia," Kata Gustavianof.(T.Kr-Zon/B/M026/M026) 11-06-2011 12:46:30





12. Media Indonesia - June 10, 2011


Sleman Waspada Malaria


Sleman--Micom: Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Menyediakan Anggaran Hingga Rp1 Miliar Untuk Mengantisipasi Penyebaran Penyakit Malaria.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Dr Mafilindati, Jumat (10/6), Mengatakan, Kabupaten Sleman Memang Berbatasan Dengan Daerah Yang Selama Ini Dikenal Sebagai Endemis Malaria, Seperti Kabupaten Kulonprogo Dan Di Sisi Timur, Berbatasan Dengan Kabupaten Klaten Yang Juga Mulai Ditemukan Adanya Penyebaran Malaria.

Dikatakan, Untuk Tahun Ini Memang Baru Terjadi Penambahan Penderita Malaria, Sebanyak Satu Orang. Meski Demikian, Jelasnya, Jika Memang Ada Warga Yang Menunjukkan Gejala Malaria Diminta Segera Melaporkan Ke Dinas Kesehatan Atau Ke Puskesmas Terdekat.

"Tahun 2009 Ada 12 Penderita Baru Dan Pada 2010 Ada 14 Orang Penderita Baru," Katanya.
Mafi Mengakui Pada 2003 Lalu, Sleman Sempat Klb Malaria, Namun Kemudian Cenderung Menurun.

Ia Mengemukakan, Memang Sudah Ada Tujuh Laporan Yang Masuk Namun Saat Dilakukan Penelitian, Ternyata Yang Positif Satu Orang. Sedangkan Enam Lainnya, Ujarnya Hanya Saspek. (Ol-12)




13. Koran Tempo - June 10, 2011


Jumlah Korban Meninggal Meningkat


Yogyakarta -- Jumlah Penderita Leptospirosis Yang Meninggal Bertambah Menjadi 38 Orang Sejak Awal Tahun Hingga 31 Mei 2011. Jumlah Itu Meningkat Dibanding Data Per Akhir Maret Lalu Yang Mencapai 23 Orang. "Jumlah Pasien Dan Korban Terbesar Masih Didominasi Kulon Progo," Kata Kepala Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Sarminto Saat Ditemui Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Diy Kemarin.


Sarminto Menjabarkan, Jumlah Penderita Leptospirosis Di Kulon Progo Sebanyak 242 Orang, 16 Di Antaranya Meninggal. Disusul Bantul Dengan 105 Orang, 12 Di Antaranya Meninggal. Sedangkan Di Kota Yogyakarta Sebanyak 31 Orang, Tujuh Di Antaranya Meninggal; Di Sleman Sebanyak 38 Orang, Dua Di Antaranya Meninggal; Serta Di Gunungkidul Sebanyak 16 Orang, Satu Di Antaranya Meninggal. "Status Bantul Dan Kulon Progo Masih Kejadian Luar Biasa (Klb)," Kata Sarminto.


Sejauh Ini Dinas Kesehatan Diy Telah Menggelontorkan Dana Untuk Biaya Pengobatan Bagi Penderita Leptospirosis Di Bantul Sebesar Rp 175 Juta. Sedangkan Kulon Progo Baru Tahap Pengajuan. "Karena Bantul Yang Lebih Dulu Klb. Sedangkan Kulon Progo Banyak Mengajukan Dana Proses Penanggulangan Pengembangbiakan Tikus Di Bidang Pertanian, Seperti Obat Pestisida," Ujar Sarminto.


Dinas Kesehatan Kulon Progo Hingga Saat Ini Belum Menurunkan Status Klb Pada Peristiwa Leptospirosis Yang Menimpa Warganya Pada Tahun Ini. Hingga Juni 2011, Tercatat 242 Kejadian Dan 16 Di Antaranya Meninggal.


Seorang Tenaga Medis Di Rumah Sakit Umum Daerah Wates Yang Biasa Menangani Pasien Leptospirosis, Dr Witarto, Menuturkan Bahwa Pasien Leptospirosis Meninggal Karena Serangan Yang Terjadi Termasuk Jenis (Ceroval) Berbahaya. "Kami Tak Tahu Jenis Yang Mana Itu Karena Masih Menunggu Hasil Penelitian Dari Laboratorium Di Bandung," Kata Witarto Kepada Tempo Kemarin.


Penyebab Penderita Sampai Meninggal Akibat Leptospirosis Tak Hanya Fungsi Ginjal Yang Biasanya Diserang Kemudian Diatasi Dengan Cuci Darah. "Tapi Juga Merembet Ke Paru-Paru Hingga Sulit Ditolong Jika Kondisi Fisiknya Juga Lemah," Kata Dia.


Sementara Itu, Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kulon Progo Buddy Ismanto Mengatakan Sebagian Besar Penderita Adalah Orang Yang Pernah Melakukan Kontak Dengan Sawah, Yakni Petani. "Tapi Yang Berbahaya Justru Yang Kontak Dengan Tikus Kebun. Mereka Yang Biasanya Dibawa Dalam Kondisi Sudah Parah,

Lalu Meninggal Karena Fisiknya Lemah," Ucapnya. Sebagian Besar Penderita Berusia 40-55 Tahun. Jumlah Pasien Anak-Anak Usia 10-15 Tahun Sekitar 10 Orang.


Adapun Dinas Kesehatan Temanggung Mengantisipasi Penularan Malaria Jenis Falciparum Setelah Ada Laporan Bahwa Seorang Transmigran Asal Kecamatan Jumo Meninggal Sepulang Dari Kalimantan. "Bawaan Transmigran Dari Kalimantan, Sumatera, Dan Papua," Ujar Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Temanggung Sukamsis Kemarin.


Transmigran Yang Meninggal Itu Dinyatakan Positif Terkena Falciparum Dalam Keadaan Sangat Terlambat. "Ia Dibawa Sudah Dalam Kondisi Koma, Mata Melotot, Demam Tinggi, Dan Seolah Seperti Hilang Ingatan. Seperti Gejala Penyakit Gila," Kata Sukamsis. Falciparum Tergolong Jenis Malaria Mematikan Karena Menyerang Hingga Otak.


Untuk Mengantisipasi Penularan Falciparum Ini, Dinas Dalam Sepekan Ini Mengecek Darah Di Lingkungan Penderita. "Belum Sampai Tahap Mass Blood Survey, Yang Melibatkan Satu Pedukuhan Atau Desa," Katanya.


Temanggung Sejak 1996 Sudah Dinyatakan Bukan Endemis Malaria. Hingga Juni Ini, Dinas Mencatat Ada 10 Penderita Malaria Dan Satu Penderita Dari Jenis Plasmodium Falciparum. Pada 2010, Ditemukan 64 Penderita. Dinas Menginstruksikan Kepada Tiap Kepala Desa Wajib Lapor Jika Ada Warganya Yang Pulang Dari Daerah Transmigrasi Yang Dinilai Berasal Dari Daerah Endemi. "Untuk Sekarang, Kami Lakukan Pengawasan 28 Hari Sampai Akhir Juni," Ucap Sukamsis. Pito Agustin Rudiana | Pribadi Wicaksono




14. Suara Merdeka - June 10, 2011


Lagi, Malaria Serang Warga Menoreh


Dinkes Ambil Sampel Darah


Purworejo- Penyakit Malaria Masih Terus Mengancam Warga Yang Tinggal Di Lereng Perbukitan Menoreh, Kabupaten Purworejo.
Setelah Dari Wilayah Kecamatan Bagelen, Kini Malaria Menyerang Warga Lereng Menoreh
Di Wilayah Kecamatan Bener. Enam Warga Desa Guntur Dinyatakan Positif Terkena Penyakit Yang Disebabkan Sengatan Nyamuk Anopheles Ini.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Purworejo Segera Mengambil Langkah-Langkah Untuk Melokalisasi Agar Malaria Tidak Meluas. Sejumlah Petugas Diterjunkan Ke Daerah Sekitar Guntur Untuk Mengambil Sampel Darah.


Bisa Migrasi

Seperti Di Desa Redin Yang Sebenarnya Sudah Masuk Wilayah Kecamatan Gebang. Namun Karena Lokasinya Berdekatan Sehingga Dikhawatirkan Malaria Bisa Migrasi Ke Desa Itu.


"Wilayah Di Sekitar Guntur Kami Antisipasi. Pengambilan Sampel Atau Mass Blood Survey (Mbs) Darah Ini Untuk Mengetahui Apakah Sudah Ada Warga Yang Terserang Atau Belum," Ujar Kabid Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan (P2pl) Drg Dwitiya Suprijono, Kemarin.


Lebih Lanjut Diungkapkan Dwitiya, Petugas Yang Diterjunkan Dari Puskesmas Dan Dinkes Mengambil Sampel Darah Milik 71 Warga Desa Redin 63 Warga Dusun Sipelas, Dan 72 Warga Dusun Jolodoro.Ditambahkan Dwitiya, Selain Pengambilan Sampel Darah, Pihaknya Juga Melakukan Sosialisasi Pencegahan Malaria

Kepada Ratusan Warga. Warga Diminta Untuk Mewaspadai Dan Mengingatkan Penduduk Yang Baru Pulang Merantau Dari Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Atau Papua.


"Jika Ada Warga Yang Pulang Dari Luar Jawa, Diminta Melakukan Cek Darah. Kepala Dusun, Bidan, Juru Malaria Desa Atau Tetangga Harus Aktif Mengingatkan Pentingnya Cek Darah, Meski Perantau Itu Dalam Keadaan Sehat," Katanya. (H43-84)





15. Suara Merdeka - June 10, 2011


Kuburan Ternak Diplester


Solo-Pemprov Jateng Melalui Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan Terus Berupaya Mencegah Penyebaran Virus Antraks, Agar Tidak Menjangkit Pada Manusia. Salah Satu Caranya, Yakni Memplester Kuburan Ternak Yang Dinyatakan Positif Antraks.

Menurut Kabid Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan Provinsi Jateng Eko Sutarti, Tanah Kuburan Ternak Tersebut Masih Disinggahi Virus Antraks Meski Sudah Berusia Sekitar 40 Tahun Lamanya. Karena Itu, Supaya Manusia Tidak Menginjaknya, Akan Diplester.

Ìspora Antraks Itu Mampu Bertahan Di Tanah. Sampai 40 Tahun Pun, Masih Bisa Bertahan. Supaya Tidak Tercemar Ke Mana-Mana, Kuburan Dan Bekas Kuburan Itu Akan Diplester,Î Kata Eko Sutarti Kepada Suara Merdeka, Di Solo, Kemarin.

Di Jateng, Kata Dia, Terdapat Tujuh Daerah Yang Dinyatakan Pernah Endemis Antraks. Di Antaranya Kabupaten Semarang, Kota Solo, Pati, Karanganyar, Sragen, Boyolali Dan Klaten.

Daerah Yang Disebut Terakhir Merupakan Kabupaten Pertama Endemis Antraks,
Pada 1990 Lalu. Kala Itu, Dua Sapi Milik Warga Mati. Sedangkan Kabupaten Semarang Merupakan Daerah Penyumbang Korban Antraks Terbanyak Dengan Jumlah 1.550 Sapi Pada 1991.(K4-27,26)




16. Antara - June 10, 2011


Ayam Mati Di Kotawaringin Positif Flu Burung


Sampit, 10/6 (Antara) - Dinas Pertanian Dan Peternakan (Distanak) Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Menyatakan Puluhan Ayam Milik Warga Yang Ditemukan Mati Secara Mendadak Positif Terjangkit Virus Flu Burung (H5n1).

"Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Badan Penyidikan Dan Pengujian Veterina (Bppv) Banjarbaru, Kalimantan Selatan (Kalsel) Terhadap Bangkai Ayam Yang Ditemukan Mati Mendadak, Ternyata Positif Akibat Virus Flu Burung," Kata Kepala Bidang Pengawasan Ternak Dan Hewan, Distanak Kotawaringin Timur, Bima Eka Wardana, Di Sampit, Jumat.

Ayam Yang Ditemukan Mati Mendadak Dan Akibat Terjangkit Virus Flu Burung Tersebut Adalah Milik Warga Kelurahan Sawahan, Kecamatan Mentaya Baru Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Timur.

Virus Flu Burung Yang Menyebabkan Ayam Mati Secara Mendadak Itu Sifatnya Insidentil, Yakni Kejadian Yang Sewaktu-Waktu Bisa Muncul Dengan Mendadak, Namun Apabila Mendapat Tindakan Antisipasi Yang Tepat Maka Tidak Menyebabkan Kejadian Yang Menular Ke Unggas Dan Wilayah Lain.

Menurut Bima, Meski Hasil Pemeriksaan Telah Menyatakan Positif, Namun Kotawaringin Timur Dinyatakan Tidak Endemis Terbukti Dengan Tidak Adanya Susulan Ayam Lain Yang Mati Mendadak.

Meski Telah Ditemukan Ayam Mati Akibat Virus Flu Burung Diharapkan Masyarakat
Kotawaringin Timur Untuk Tidak Panik Dan Resah Karena Masih Dapat Dilakukan Pencegahan.

"Kami Harap Masyarakat Untuk Tetap Waspada Dan Melakukan Antisipasi Dengan Meningkatkan Kebersihan Serta Penyemprotan Kandang Secara Rutin," Katanya.
Virus Flu Burung Dapat Menyebar Ke Seluruh Wilayah Kotawaringin Timur Apabila Tidak Dilakukan Pencegahan Dengan Baik Dan Benar.

Kabupaten Kotawaringin Timur Merupakan Wilayah Yang Endemis Flu Burung Karena Pada 2004 Pernah Terjadi Wabah Virus Serupa.

"Distanak Kotawaringin Timur Sendiri Telah Melakukan Antisipasi Dengan Memperketat Pengawasan Terhadap Ayam Yang Masuk Dari Luar Daerah," Ucapnya.
Setiap Ayam Yang Didatangkan Dari Luar Daerah Harus Dilengkapi Surat Keterangan Sehat Atau Bebas Dari Virus Flu Burung Dari Daerah Asal.

"Kami Mengimbau Kepada Seluruh Peternak Agar Segera Memisahkan Apabila Ada Ayam Yang Sakit Dan Tidak Membuang Ayam Mati Di Sembarang Tempat Serta Melaporkan Ke Distanak Jika Ada Ayam Yang Mati Secara Mendadak," Ungkapnya.(T.Kr-Gr/B/P004/P004) 10-06-2011 13:07:51




17. Antara - June 10, 2011


Sensus Hewan Di Kolaka Mencapai 80 Persen


Kolaka, Sultra, 10/6 (Antara) - Pelaksanaan Sensus Ternak Yang Dilakukan Oleh Badan Pusat Statistik (Bps) Bekerjasama Dengan Dinas Pertanian Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra) Hingga Kini Sudah Mencapai 80 Persen.

Kepala Dinas Pertanian Dan Peternakan Kolaka, Alva Talanipa Di Kolaka, Jumat Mengatakan Kegiatan Ini Baru Dilaksanakan Kembali Tahun Ini Karena Sebelumnya Tahun 1967 Juga Pernah Dilaksanakan Kegiatan Yang Sama.

"Sudah 40 Tahun Sensus Hewan Ternak Ini Baru Dilakukan Kembali Secara Nasional Dan Itupun Kita Bekerjasama Dengan Bps Di Kabupaten," Katanya.
Namun Yang Menggembirakan Menurut Alva Talanipa, Karena Sejak Ditetapkan Pelaksanaannya Pada Awal Bulan Juni Hingga Kini Sudah 80 Persen Hasil Sensus Hewan Ternak Itu Dijangkau Oleh Petugas.

Dalam Sensus Hewan Terutama Sapi Dan Kerbau Tergolong Cepat Dalam Pendataan Karena Sudah Mencapai 80 Persen.
Hingga Kini Kata Alva, Tim Dari Bps Bersama Dinas Pertanian Dan Peternakan Masih Melakukan Pendataan Sensus Hewan Ternak Di Beberapa Kecamatan.

Samsu, Salah Seorang Warga Di Kecamatan Mowewe Kolaka, Mendukung Program Sensus Hewan Ternak Diseluruh Wilayah Khususnya Di Kabupaten Kolaka.
Ia Mengatakan, Dengan Pendataan Ternak-Ternak Hewan Milik Petani Di Desa Itu Akan Lebih Memudahkan Bagi Petugas Untuk Segera Melakukan Penelitian Bila Sewaktu-Waktu Munculnya Penyakit Terhadap Ternak.

Apalagi Saat Ini, Hampir Setiap Musim Ternak Milik Warga Terkadang Langsung Mati Seketika, Yang Tidak Diketahui Pasti Penyebabnya, Artinya, Jika Sudah Ada Pendataan Ternak Seperti Saat Ini Tentu Lebih Memudahkan Bagi Petugas Kesehatan Hewan Untuk Mengambil Tindakan Pencegahan.(T.A056/B/A033/A033) 10-06-2011 14:50:09





18. Antara - June 10, 2011


Dinkes Sleman Anggarkan Rp1 Miliar Antisipasi Malaria


Sleman, 10/6 (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta menyiapkan anggaran Rp1 miliar untuk kegiatan pencegahan dan antisipasi penyebaran penyakit malaria.

"Saat ini memang kasus penyakit malaria di Sleman belum menonjol, meski demikian kami tetap melakukan langkah antisipasi agar tidak menimbulkan wabah, kami imbau masyarakat untuk melapor jika ada masyarakat yang mengalami gejala penyakit malaria ini," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Mafilindati Nuraini, Jumat.

Menurut dia, kasus malaria di Kabupaten Sleman hingga awal Juni 2011 ini baru terdata satu orang saja.

"Meski demikian kewaspadaan harus ditingkatkan terutama di wilayah yang berbatasan dngan daerah endemis seperti di Kabupaten Kulon Progo," katanya.
Ia mengatakan, pada 2010 di Kabupaten Sleman terdapat 14 kasus penyakit malaria dan pada 2009 ada 12 kasus.

"Kami belum lama ini menerima tujuh laporan masyarakat terkait dugaan penyakit malaria, namun setelah diteliti hanya ada seorang warga yang positif terserang malaria, dan enam lainnya baru sebatas suspect" katanya.
Mafilindati mengatakan, nyamuk anopheles pembawa virus malaria menyukai tempat yang lembab, semak-semak hingga hewan tak berbulu.

"Kami juga menyarankan masyarakat untuk terus menggiatkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk, selain untuk mengantisipasi serangan malria juga untuk penyakit demam berdarah dengue," katanya.

Ia mengatakan, pada 2003 Kabupaten Sleman dinyatakan Kondisi Luar Biasa (KLB) malaria namun saat ini cenderung menurun.

"Warga harus melapor jika jatuh korban dan obat-obatan untuk penanganan atau pemulihan sangat banyak di Dinas Kesehatan kabupaten," katanya.(U.V001/B/H008/H008) 10-06-2011 18:01:05

Friday, June 10, 2011

Ringkasan Berita Keswan 9 Juni 2011

Ringkasan Berita 9 juni 2011
mangga di baca....


INDEX:

1. Kompas: 200 Siswa SD Divaksin DBD
2. Koran Tempo: Vaksin Demam Berdarah Diuji Coba
3. Koran Tempo: Transmigran Kulon Progo Bawa Pulang Malaria
4. Waspada: Flu Burung Resahkan Warga Tapaktuan
***




1. Kompas - June 9, 2011

200 Siswa SD Divaksin DBD

Jakarta, Kompas - Sebanyak 200 siswa SD Negeri I Pagi, Kampung Melayu, di Jalan Kebon Pala I/34, Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (9/6) ini akan mendapat vaksin demam berdarah dengue.
Menurut wali kelas VI SD tersebut, Juleha, Rabu (8/6), seharusnya vaksin diberikan pada Rabu pagi kemarin. Namun, karena suhu vaksin belum stabil, penyuntikan vaksin ditunda hingga hari ini.

Pemberian vaksin demam berdarah dengue (DBD) ini masih bersifat uji coba dan baru pertama kali dilakukan di Indonesia. ”Untuk Jakarta Timur ditargetkan 200 anak mendapat imunisasi demam berdarah dan dilakukan bertahap,” tutur Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur Yuniarti Suaizi di SD Negeri I.

Sebelum dilakukan vaksinasi, petugas sudah menyosialisasikan langkah ini dua bulan sebelumnya. Menjelang pemberian vaksin, orangtua siswa diminta menandatangani formulir pernyataan kesediaan anaknya divaksinasi DBD. Yuniarti mengatakan, menurut para dokter Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, vaksinasi ini tidak berefek samping. Ketua tim dokter vaksinasi, Rini Sekartini, menambahkan, vaksinasi demam berdarah yang dilakukan ini adalah vaksinasi pertama yang dilakukan di Indonesia.

Pemberian vaksin masih dalam tahap uji coba yang merupakan hasil kerja sama antara Chimerix Yellow Fever Dengue (CYD 14) dan sejumlah negara di Asia Tenggara, seperti Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Indonesia. ”Vaksinasi dilakukan serentak di seluruh negara di Asia Tenggara tadi,” ujar Rini. Dipantau ketat Karena masih uji coba, tim dokter akan memantau pasien penerima vaksinasi selama lima tahun. ”Kita akan lihat efektivitas vaksin. Kalau berhasil, vaksinasi DBD
akan dijadikan program imunisasi nasional,” ucap Rini.

Juleha mengatakan, setelah menerima vaksinasi, para siswa akan diminta istirahat selama setengah jam. Tim dokter akan memeriksa reaksi siswa. Setelah itu, selama tiga bulan, 200 siswa itu akan dimonitor ketat kondisi kesehatannya. ”Para guru diminta menyerahkan absen siswa penerima vaksin DBD,” kata Juleha. Di Jakarta, vaksinasi akan dilakukan di SD Negeri Koja, SD Negeri Pasar Minggu, SD Negeri Tambora, SD Negeri Senen, dan SD Negeri Kampung Melayu.
Menurut Juleha, jumlah murid SD Negeri I ada 556. Sebanyak 390 siswa ingin divaksinasi, ”Tetapi karena tiket terbatas, akhirnya tim dokter memutuskan hanya 200 siswa yang akan divaksinasi.”

Ia mengatakan, syarat penerima vaksinasi DBD adalah orang yang berusia 2-14 tahun. ”Padahal, kalau tidak ada pembatasan usia, seluruh guru di sini mau ikut, terutama saya yang pernah kena DBD. Sudah ada dua siswa di SD Negeri I yang menderita DBD dan meninggal,” kata Rosdiana, guru Agama. Gedung SD Negeri I yang berlantai tiga ini terletak di kawasan padat penduduk.
Siswanya sebagian berasal dari keluarga sederhana. (WIN)








2. Koran Tempo - June 8, 2011

Vaksin Demam Berdarah Diuji Coba

JAKARTA - Vaksin demam berdarah dengue (DBD) akan memasuki tahap uji klinis final mulai hari ini. Di DKI Jakarta, pengujian tersebut akan dilakukan terhadap 800 anak di lima puskesmas. "Besok (hari ini) akan digelar, persiapan sudah selesai," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dien Emmawati kemarin.

Kelima puskesmas yang ditunjuk itu adalah puskesmas Kecamatan Senen, Tambora, Koja, Pasar Minggu, dan Jatinegara. Setiap anak akan disuntik dengan vaksin, lalu dipantau setiap minggu hingga dilakukan penyuntikan kedua dan ketiga setelah berselang enam bulan. Pemantauan mingguan dilakukan hingga lima tahun ke depan. "Bila selama lima tahun virus terbukti aman (tidak menimbulkan komplikasi), maka pada 2016 virus bisa diedarkan di masyarakat," kata Dien.

Menurut Dien, sekarang ini kasus DBD di Jakarta tergolong tinggi, meskipun angkanya cenderung turun dari tahun ke tahun. Grafik yang sama berlaku untuk skala nasional, di mana angka kasus DBD tahun lalu sebesar 18 ribu, menurun dari tahun 2008 yang mencapai 23 ribu.

Pemberian vaksin hari ini merupakan uji klinis tahap ketiga atas vaksin temuan tim peneliti dari lima fakultas kedokteran di Indonesia, Thailand, Vietnam, Filipina, dan Malaysia itu. Uji klinis sebelumnya, atau fase pertama, telah dilakukan terhadap anggota militer. Fase kedua dilakukan terhadap anak-anak, tetapi dalam jumlah terbatas.

Profesor Sri Rezeki S. Hadinegoro, guru besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, adalah salah satu anggota tim peneliti itu. "Setelah lulus pada binatang, vaksin kami ujicobakan pada manusia," katanya, awal Mei lalu, ketika meminta izin uji coba di DKI.

Pengujian pada fase ketiga ini dilakukan terhadap anak-anak usia 2-14 tahun dalam jumlah yang lebih besar dan serentak di kelima negara asal peneliti. Selain Jakarta, Kota Bandung dan Bali menjadi lokasi pengujian vaksin di Indonesia.

Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular di Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti, menambahkan, anak yang dipilih untuk mendapatkan uji vaksin harus sehat. Orang tuanya juga berkomitmen melaporkan kesehatan si anak selama lima tahun ke depan. "Vaksin yang akan diberikan tergolong aman dan mampu menghalau empat turunan virus demam berdarah dengue di Indonesia, yakni strain 1, 2, 3, dan 4," katanya. AMANDRA MUSTIKA MEGARANI







3. Koran Tempo - June 8, 2011

Transmigran Kulon Progo Bawa Pulang Malaria

KULON PROGO -- Dinas kesehatan menduga munculnya kembali kasus malaria pada Juni
ini karena dibawa transmigran yang pulang ke Kulon Progo. Pada Juni ini dideteksi 28 kasus malaria di tujuh kecamatan. "Pulang dari transmigrasi sebenarnya dia sudah terkena, tapi tidak merasakan karena memang gejalanya tak begitu tampak," ujar Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kulon Progo Buddy Ismanto kepada Tempo kemarin.

Mayoritas kasus malaria menimpa warga yang pernah ikut transmigrasi. Hanya tujuh kasus penderita baru. Temuan itu terjadi di sejumlah kecamatan, seperti Kokap, Samigaluh, Pengasih, Girimulyo, Sentolo, Lendah, dan Galur. Jumlah penderita terbanyak dari wilayah Kokap, khususnya Hargotirto, yang sebelumnya dinyatakan endemik malaria, sebanyak 13 orang.

Transmigran yang mudik itu berasal dari Kalimantan Barat dan Sumatera Selatan. "Bisa diprediksi, nanti, jika Lebaran tiba, saat musim mudik, peningkatan akan terjadi lagi," kata Buddy. Dinas kesehatan pun mengimbau puskesmas yang ada agar melakukan screening kepada transmigran yang datang di daerahnya. Sementara itu, semua kelurahan (45 kelurahan) di Kota Yogyakarta endemis penyakit demam berdarah. "Selama tiga tahun berturut-turut masih banyak terjadi
kasus demam berdarah," ujar Rubangi, District Surveillance Officer Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, kemarin.

Kelurahan yang sangat tinggi terjadi kasus demam berdarah berada di wilayah perbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. "Aktivitas penduduk dan penyebaran nyamuk sangat cepat di daerah itu," katanya. Menurut dia, lingkungan semi-perkotaan menjadi salah satu penyebab perkembangbiakan nyamuk.

Hingga Mei 2011, di wilayah perbatasan, seperti Kelurahan Ngampilan, Sorosutan, serta Tegalrejo, terjadi kasus demam berdarah tertinggi di Yogyakarta, yakni 20, 19, dan 18 kasus. Hingga Mei lalu terjadi 361 kasus dan tiga orang meninggal. Pada periode yang sama 2010 terjadi 644 kasus dengan korban meninggal sebanyak lima orang. Umur penderita 7-12 tahun. "Bisa jadi mereka tersengat nyamuk di sekolah," kata dia. PRIBADI WICAKSONO | MUH SYAIFULLAH






4. Waspada - June 8, 2011

Flu Burung Resahkan Warga Tapaktuan

TAPAKTUAN - Serangan flu burung (Avian Influenza) yang melanda kawasan Gampong Lhok Ketapang, Kec. Tapaktuan, Kab. Aceh Selatan yang mengakibatkan ratusan ekor burung dan puluhan ternak ayam mati mendadak, mengundang keresahan warga. Pasalnya, penyakit yang mamatikan dikhawatirkan bisa mewabah terhadap manusia. Sejauh ini belum ada penanganan dari dinas terkait, meski hasil penelitian dinyatakan penyakit flu burung positif berjangkit dan menyerang ternak warga.

Warga Lhok Ketapang, mengatakan kekecewaannya terhadap Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Aceh Selatan. Mereka menuding dinas cuek dan santai mengatasi dan menanggulangi serangan penyakit mematikan itu. “Bayangkan mereka masih cuek menanganinya, mungkin menunggu ada korban manusia,” sebut Darwin, 60.

Sementara Sekretaris Dinas Pertanian dan Peternakan Aceh Selatan, Ismail Us, yang dihubungi di kantornya, mengaku pihaknya kesulitan menangani, karena persoalan dana, meliputi biaya pengadaan obat-obatan, honor petugas serta biaya konvensasi bagi ternak ayam warga yang harus dimusnahkan dalam radius 1.000 meter dari lokasi penemuan pertama.

Menurut dia, dana penanggulangan tersebut tidak tersedia di dinasnya, sehingga terpaksa minta dana bantuan hibah kepada bupati. ”Kita telah mengajukan permohonan bantuan Rp15 juta, tapi sejauh ini belum ada realisasinya,” sebut Ismail didampingi Kabid Keswan, Hamzah.

Ia mengakui penanganan penyakit tersebut harus segera dilakukan karena bisa mewabah terhadap ternak di daerah lain termasuk bagi manusia. Sebagai langkah antisipatif sementara, ternak ayam di lokasi yang telah terserang, hendaknya tidak dikonsumsi atau dibawa ke daerah lain.






** 4 articles