SEKSI BINA KESEHATAN HEWAN KABUPATEN SAROLANGUN


DENGAN MENINGKATKAN KESEHATAN HEWAN KITA WUJUDKAN " SAROLANGUN EMAS"

Thursday, September 12, 2013

176 ekor Ternak Kerbau di Vaksinasi

Pemerintah Kabupaten Sarolangun melalui Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Perikanan dan Peternakan telah melakukan Vaksinasi terhadap 176 ekor ternak kerbau di Kelurahan Dusun Sarolangun.  Cakupan tersebut sudah memenuhi standart capaian vaksinasi yaitu sebesar 73 persen dari populasi ternak kerbau (248 ekor) di padang penggembalaan Renah Ketapang.

Adapun padang penggembalaan yang terdapat di Kelurahan Dusun Sarolangun selain padang penggembalaan Renah Ketapang masih terdapat 4 padang penggembalaan lagi yang akan dilakukan vaksinasi yaitu padang penggembalaan Danau Ketapang, Pematang Sekumbang dan Rawang Tengah. Vaksinasi selanjutnya akan dilakukan pada hari jumat 13 September 2013.

Vaksinasi ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kekebalan ternak kerbau terhadap penyakit SE atau yang sering dikenal dengan penyakit "NGOROK". Penyakit ini pada tahun 2012 telah menyebabkan kerugian yang dialami peternak se Kabupaten Sarolangun sebesar Rp. 1.289.000.000,-  Asumsi kerugian tersebut diperoleh dari perhitungan kematian ternak sebanyak 125 ekor, Ternak yang dipotong paksa karena sakit sebanyak 112 ekor dan Biaya pengobatan terhadap ternak sebanyak 440 ekor.

Mengenal Penyakit Septicaemia Epizootica  (SE) / Ngorok.

Penyakit Septicaemia Epizootica (SE) atau penyakit ngorok adalah penyakit hewan yang bersifat akut, fatal dan pada dasarnya hanya menyerang hewan kerbau dan sapi. Penyakit SE disebabkan oleh Pasteurella multocida.

Faktor-faktor predisposisi , seperti : kelelahan, kedinginan, pengangkutan, anemia dan sebagainya mempermudah timbulnya penyakit. Diduga pintu gerbang infeksi bakteri ke dalam tubuh penderita adalah daerah tenggorokan. Ternak sehat akan tertular oleh ternak sakit atau pembawa melalui kontak atau melalui makanan, minuman dan alat-alat yang tercemar bakteri . Ekskreta ternak penderita (ludah, kemih, dan tinja) juga mengandung bakteri Pasteurella multocida.
 
Bakteri yang jatuh di tanah apabila keadaan sesuai untuk pertumbuhan bakteri (lembab, hangat, teduh), maka bakteri tersebut akan tahan kurang lebih satu minggu dan tentunya dapat menulari ternak-ternak yang digembalakan di tempat tersebut. 
 
Ternak yang menderita penyakit SE harus diisolasi pada tempat yang terpisah. Apabila ternak tersebut mati ataupun dapat sembuh kembali, kandang dan peralatan yang digunakan untuk perawatan sapi itu harus dihapushamakan. Selain itu selama 2 minggu jangan gunakan kandang dan peralatan untuk memelihara ternak.
  
Gejala Klinis
 
Penyakit SE dikenal dengan tiga bentuk, yaitu bentuk busung, pektoral dan intestinal. 
 
Pada bentuk busung ditemukan adanya busung pada kepala, tenggorokan, leher bagian bawah, gelambir dan kadang-kadang pada kaki muka. Tidak jarang pula dubur dan alat kelamin juga mengalami busung. Derajat kematian bentuk ini tinggi, sampai 90% dan berlangsung cepat, hanya 3 hari, kadang-kadang sampai 1 minggu. Sebelum mati, terutama pada kerbau gangguan pernafasan akan nampak sebagai sesak nafas (dyspnoe) dan suara ngorok, merintih dengan gigi gemeretak. 
 
Pada bentuk pektoral, tanda-tanda bronchopneumonia lebih menonjol, yang dimulai dengan batuk kering dan nyeri, yang kemudian diikuti dengan keluarnya ingus hidung, pernafasan cepat dan susah. Gejala-gejala tersebut biasanya berlangsung lebih lama, yaitu antara 1 – 3 minggu. Kadang-kadang penyakit dapat berjalan kronis, ternak menjadi kurus dan sering batuk, napsu makan terganggu, terus menerus mengeluarkan air mata. Suhu tidak berubah, tetapi terjadi mencret degil (sulit disembuhkan) yang bercampur darah.

Bentuk campuran (Intestinal) dari kedua bentuk diatas dan ditandai gastroenteritis kataralis hingga hemoragik.
 
Pencegahan
Untuk daerah tertular seperti Kabupaten Sarolangun maka ternak-ternak sehat harus divaksin dengan vaksin SE, miniumal setahun sekali.  Vaksinasi ini dilakukan pada saat tidak ada kejadian penyakit / ternak dalam keadaan sehat.
 
Pengobatan
        Pada ternak tersangka sakit dapat dipilih salah satu dari perlakuan penyuntikan antiserum dengan dosis pencegahan, penyuntikan antibiotika, penyuntikan kemoterapetika, kombinasi penyuntikan antiserum dengan antibiotika atau kombinasi antiserum dengan kemoterapetika. 

Perlakuan pemotongan hewan dan daging
Dengan pertimbangan bahwa:
  • SE tidak berbahaya untuk konsumsi manusia
  • Hampir seluruh Kabupaten Sarolangun adalah daerah tertular SE, 
  • maka hewan berpenyakit SE tidak dilarang untuk dipotong, sesuai dengan peraturan yang berlaku




Wednesday, September 4, 2013

MENGENAL DEMAM TIGA HARI



PENYAKIT
DEMAM TIGA HARI
(BOVINE EPHEMERAL FEVER/BEF)
(THREE DAY SICKNESS)












PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN
DINAS PERIKANAN DAN PETERNAKAN
KOMPLEK PERKANTORAN GUNUNG KEMBANG
Email : keswansarolangun@yahoo.co.id
SAROLANGUN




1.    PENGERTIAN
Penyakit Demam Tiga Hari/BEF/Three Day Sickness adalah suatu penyakit viral pada sapi dan kerbau yang ditandai dengan terjadinya demam tinggi, rasa sakit pada otot, dan kepincangan. Ternak yang menderita sakit ini bisa cepat sembuh bila tanpa komplikasi. Penyakit ini tersebar di banyak daerah tropis dan sub-tropis. Di sebagian daerah di Jambi penyakit ini di namakan Penyakit Tingkek.

2.    PENYEBAB
Virus BEF adalah anggota dari sebuah genus yang termasuk dalam keluarga Rhabdoviridae dari virus RNA.

3.    PENULARAN
Demam Tiga Hari disebarkan oleh lalat penghisap darah  Cullicoides sp dan nyamuk Cullex sp. Ada dugaan penyebaran dapat pula terjadi melalui angin.

4.    GEJALA KLINIS
Hampir setiap infeksi adalah sub klinis atau sub akut dan sedikit yang akut. Masa tunas penyakit ini secara alami tidak diketahui.
Gejala penyakit antara lain adalah demam tinggi yang mendadak, dungu, keluar cairan dari hidung, pembesaran kelenjar getah bening, kurang nafsu makan, kekakluan otot, dan kepincangan. Hewan sangat lemah dan lebih banyak terbaring, hanya mampu berdiri bila dipancing untuk melakukannya.
Hewan dewasa lebih menderita daripada hewan muda. Angka kesakitan tinggi tetapi angka kematian sangat rendah. Kebanyakan  ternak akan sembuh dengan sendirinya setelah 2-3 hari. Bila terjadi komplikasi,  ternak buntging dapat abortus/gugur.

5.    DIAGNOSA BANDING
Penyakit BEF harus dibedakan dengan penyakit Ngorok, penyakit Ingusan/MCF dan Mucosal Disease.

6.    PENGENDALIAN dan PENGOBATAN
Pengobatan terhadap ternak yang menderita penyakit ini dilakukan dengan memberikan obat simtomatik dan pencegahan terhadap timbulnya infeksi sekunder. Vaksin yang efektif belum ada.

7. PENCEGAHAN 
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan penyemprotan insektisida untuk mengurangi populasi vektor lalat Cullicoides sp dan nyamuk Cullex sp.

8.    KEJADIAN DI INDONESIA
Penyakit ini tersebar luas diberbagai daerah di Indonesia. Secara umum tidak menimbulkan kerugian ekonomi yang besar, asalkan segera mendapatkan pertolongan medis yang memadai sehingga tidak terjadi komplikasi dengan penyakit lain.

9.    PEMOTONGAN HEWAN
Ternak yang menderita penyakit BEF dapat dipotong dan dagingnya boleh dikonsumsi atau diperdagangkan. Namun mengingat angka kematian relative sangat rendah maka sebaiknya pemotongan hanya dilakukan pada keadaan yang sangat terpaksa ditinjau dari segi medis dan atas anjuran dokter hewan. Sisa pemotongan beserta sisa pakan yang masih tertinggal harus dibakar dan dikubur dalam-dalam. Tempat pemotongan dibersihkan dan dibebashamakan.

Untuk keperluan konsultasi dan komunikasi lebih lanjut dapat menghubungi kontak person :

a)  Drh. Endang Supardi Hp. 081274268342
     (Kabid Keswan Kesmavet di Sarolangun)
b)  Drh. Riki Prayitno      Hp. 081328618283
     (Puskeswan Mandiangin di Mandiangin)
c)  Drh. Iwan Kustiawan   Hp. 085380619678
     (Puskeswan Singkut di Singkut)
d)  Ari Rumekso, S.Kh  Hp. 081366546015
     (Puskeswan Air Hitam di Pmtg Kabau)


TERIMA KASIH